Negara-negara dengan Kasus Kekerasan Bersenjata Terbanyak
https://www.belajarsampaimati.com/2014/07/negara-negara-dengan-kasus-kekerasan.html
Ilustrasi/afar.com |
Kasus kekerasan bersenjata adalah konflik kekerasan yang melibatkan senjata di satu pihak atau dua pihak yang berkonflik. Dibanding kasus kekerasan biasa (yang tidak melibatkan senjata), kekerasan bersenjata lebih banyak memakan korban, karena adanya senjata yang terlibat. Umumnya, kasus-kasus semacam itu melibatkan geng atau kelompok-kelompok kejahatan.
Pada Oktober 2011, Deklarasi Jenewa tentang Kekerasan Bersenjata merilis laporan tahunan yang mempelajari tingkat kematian akibat kekerasan bersenjata di seluruh dunia, dari 2004 sampai 2009. Mereka menyusun daftar negara-negara yang dianggap memiliki kasus kekerasan bersenjata paling banyak, dengan angka rata-rata kematian akibat kekerasan. Studi itu menemukan bahwa seperempat dari semua kematian akibat kekerasan terjadi paling banyak di 14 negara.
Berikut ini sepuluh negara teratas dalam daftar yang dirilis Deklarasi Jenewa tentang Kekerasan Bersenjata, dengan latar belakang yang menjadi penyebab utama meningginya tingkat pembunuhan dan kekerasan bersenjata di masing-masing negara.
El Salvador
Yang menjadikan El Salvador menempati peringkat atas dalam hal kekerasan bersenjata, karena di negara ini terdapat banyak geng yang memiliki senjata sekaliber militer. Tumbuh suburnya geng di El Salvador terinspirasi oleh perang pengedar obat bius di Meksiko, yang juga memiliki banyak geng dan saling memperebutkan wilayah dalam pengedaran obat bius.
Anggota geng dari El Salvador bahkan cukup banyak yang masuk ke Amerika Serikat, dalam upaya perluasan wilayah perdagangan gelap. Pada tahun 1900-an, ribuan anggota geng El Salvador itu dideportasi dari Amerika Serikat.
Selain aktif dalam peredaran obat bius, geng-geng di El Salvador juga melakukan berbagai kejahatan terhadap masyarakat, yang salah satunya pemerasan. Dengan menyandera sekelompok orang, mereka melakukan pemerasan terhadap pemerintah daerah setempat untuk membayar tebusan.
Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa taktik pemerasan di El Salvador telah menggunakan serangan granat pada transportasi umum, dan tanpa pandang bulu membunuh warga termasuk anak-anak. Karena kenyataan itu, tingkat pembunuhan yang melibatkan kekerasan bersenjata di El Salvador pun termasuk tinggi, yaitu 65 kasus pembunuhan per 100.000 orang dalam setahun.
Irak
Pada 2004, setelah Perang Irak usai dan Presiden Saddam Hussein terguling, terjadi berbagai konflik di wilayah-wilayah utama Irak, hingga melibatkan kekerasan bersenjata yang berujung pada kematian. Tingkat pembunuhan di Irak sejak itu bahkan sepuluh kali lebih tinggi daripada New York City.
Setelah pemerintah AS menarik pasukannya secara besar-besaran dari Irak pada 2009, kekosongan militer di negara itu bukannya menjadikan Irak makin tenteram, tetapi makin tinggi tingkat kejahatannya. Pemerintah Irak dan AS menuding bahwa sebagian besar kasus kekerasan yang terjadi adalah perbuatan geng yang terdiri dari mantan pemberontak.
Yang jelas, dengan ditariknya pasukan asing dari Irak, maka tanggung jawab keamanan sepenuhnya berada di tangan pemerintah Irak. Dengan keadaan dan suasana negara yang masih kacau, mereka harus berhadapan dengan kelompok-kelompok bersenjata yang tak segan menggunakan senjatanya untuk kekerasan dan kejahatan.
Jamaika
Negara kepulauan ini pernah menduduki peringkat teratas sebagai negara dengan kasus pembunuhan dan kekerasan bersenjata paling banyak. Namun, secara bertahap, tingkat kekerasan di Jamaika terus menurun seiring peningkatan penegakan hukum serta kegiatan pencegahan yang terus diupayakan pemerintah.
Yang masih menjadi masalah, tingkat korupsi di Jamaika tergolong tinggi, dan hal itu menjadi penghambat dalam penegakan hukum. Kelompok-kelompok bersenjata di Jamaika sering kali lolos dari jeratan hukum karena menyuap para pejabat korup yang dengan mudah melepaskannya dari penangkapan, bahkan melindunginya.
Banyaknya kasus kekerasan bersenjata di Jamaika, karena banyaknya geng yang beroperasi di sana dalam peredaran obat-obatan terlarang. Kejahatan dan kekerasan bersenjata terutama terjadi di daerah-daerah miskin, semisal Kingston dan Montego Bay. Dalam perang antar geng, sering kali terjadi tembak-tembakan, dan sering kali pula peluru nyasar ke orang yang tak bersalah. Bahkan polisi pun sering menjadi korban tembakan nyasar semacam itu.
Honduras
Pada 1995, Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa sebanyak 98 warga Amerika tewas di Honduras akibat kekerasan bersenjata, dan hanya 28 kasus yang telah terpecahkan. Kenyataannya, negara di Amerika Tengah ini memang aktif dalam kejahatan dan kekerasan bersenjata, yang umumnya melibatkan antar geng yang banyak beroperasi di sana.
Kelompok-kelompok geng di Honduras diketahui berhubungan dengan kelompok-kelompok geng di Amerika Latin dalam hal pengedaran obat-obatan terlarang, dan kekerasan antar geng menjadi penyumbang utama dalam tingkat kejahatan. Daerah pesisir utara, yang telah menarik wisatawan, semakin digunakan sebagai jalur penyelundupan narkoba, dan hal itu menjadikan aktivitas persaingan antar geng semakin meningkat.
Tingkat kejahatan juga semakin tinggi setelah terjadinya kudeta pada 2009 yang menggulingkan Presiden Manuel Zelaya. Kemiskinan dan penegakan hukum yang buruk juga disebut sebagai faktor kunci dalam tingkat kejahatan serta kekerasan bersenjata. Di Honduras, kasus kekerasan bersenjata telah menewaskan 77 per 100.000 orang setiap tahun.
Kolombia
Kolombia adalah “sarang penyamun”. Di negara ini, terdapat mafia obat-obatan terlarang yang terkenal, yang disebut Marxis FARC, yang telah beroperasi di sana sejak 1980. Keberadaan mafia itu ditambah dengan banyaknya kelompok-kelompok geng yang aktif dalam bidang yang sama, dan persaingan mereka dalam memperebutkan wilayah peredaran obat bius menjadi pemicu terjadinya banyak kasus kekerasan bersenjata.
Bagaimana pun, pemerintah Kolombia telah melakukan berbagai tindakan keras setiap tahun terhadap geng-geng obat bius yang ada di sana. Kenyataannya, Kolombia pun relatif lebih aman dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, misalnya, tingkat pembunuhan turun 34 persen dibandingkan tujuh tahun sebelumnya. Meski begitu, Kolombia masih dianggap sebagai salah satu negara paling mematikan di dunia, berkaitan dengan kelompok-kelompok geng obat bius yang ada di sana.
Venezuela
Banyak gerombolan bersenjata yang aktif beroperasi di perkotaan dan pinggiran kota, serta di daerah-daerah miskin di sekitarnya. Di daerah-daerah semacam itu biasanya jarang dipatroli oleh kepolisian, sehingga anggota-anggota gerombolan itu pun merasa leluasa menjalankan kejahatannya, bahkan ketika siang bolong. Mereka mengambil keuntungan dari kurangnya kehadiran polisi, sehingga kekerasan bersenjata tidak hanya terjadi pada malam gelap, tapi juga di siang yang benderang.
Venezuela menjadi salah satu negara dengan kasus kekerasan bersenjata tertinggi di dunia. Yang menjadi masalah, kelompok-kelompok hak asasi manusia yang mencoba masuk ke negara itu dianggap sebagai lawan politik oleh agen keamanan pemerintah Hugo Chavez. Pemerintah Venzuela bahkan tidak mau lagi memberikan data tingkat pembunuhan pada kelompok hak asasi manusia.
Tetapi, sebuah laporan yang bocor pada 2010 menunjukkan bahwa tingkat pembunuhan nasional di Venezuela sebanyak 75 per 100.000 orang, dan tingkat pembunuhan lokal di Caracas (ibukota Venezuela) sebanyak 220 per 100.000 orang.
Guatemala
Guatemala adalah negara mengerikan, dengan tingkat kekerasan bersenjata yang menakutkan. Pada tahun 2009, di Guatemala City rata-rata terdapat 25 kasus pembunuhan per minggu. Dalam tujuh bulan pertama tahun 2011, rata-rata terdapat 42 pembunuhan per minggu. Angka itu belum termasuk dengan banyaknya kekerasan bersenjata di sana-sini yang kerap terjadi.
Penegakan hukum yang buruk dan aturan hukum yang lemah telah menyebabkan Guatemala terperosok ke dalam masalah kejahatan, sementara respons polisi sangat lambat dalam membawa pihak yang bersalah ke pengadilan. Di luar itu, kelompok-kelompok geng bersenjata semakin canggih dan makin banyak tumbuh di daerah perkotaan serta pedesaan.
Umumnya, kelompok-kelompok geng terlibat dalam industri dan bisnis narkoba serta penyelundupan manusia. Yang mengerikan, banyak mantan perwira militer yang memiliki masa lalu kelam di negara itu, ikut bergabung dengan kelompok-kelompok geng yang ada di sana, dan menjadi pasukan pembunuh serta melatih mereka dalam kegiatan kriminal.
Afrika Selatan
Dalam laporan statistik kepada PBB, pemerintah Afrika selatan menyatakan bahwa tingkat pembunuhan di negara mereka telah turun sebanyak 6,5 persen pada 2010/2011. Meski begitu, tingkat pembunuhan, perkosaan, dan kasus kekerasan bersenjata di negara itu masih tergolong tinggi. Bahkan polisi pun banyak yang menjadi korban akibat banyaknya kasus kekerasan bersenjata di sana.
Kelompok-kelompok kejahatan di Afrika Selatan tampaknya mirip dengan para penjahat di film-film Hollywood. Mereka tidak takut melawan polisi yang berusaha menangkap mereka, dan para penjahat itu dengan mudah bisa meledakkan senjatanya kepada para polisi. Akibatnya, kasus kekerasan bersenjata di sana pun sangat tinggi. Tidak hanya antar kelompok penjahat, tapi juga antar penjahat dengan para polisi.
Sri Lanka
Kasus kekerasan bersenjata di Sri Lanka paling banyak melibatkan para pemberontak Macan Tamil yang berkonfrontasi dengan pasukan keamanan Sri Lanka. Selama 26 tahun konflik itu terus berlangsung, dan tak terhitung banyaknya kasus kekerasan bersenjata yang terjadi di antara mereka.
Sampai kemudian, pada 2009, pasukan keamanan Sri Lanka berhasil menundukkan para pemberontak Macan Tamil, dan sejak itu pula terjadi penurunan kasus kekerasan bersenjata, seiring makin meningkatnya keamanan di sana. Seiring dengan itu, LSM-LSM dari luar negeri juga mulai masuk ke Sri Lanka untuk membantu menemukan dan melucuti ranjau-ranjau darat yang belum meledak.
Masih ada sedikit kejahatan dan kekerasan yang berlangsung di Sri Lanka, namun aktivitas kriminal itu hanya terjadi di bagian utara negara tersebut.
Lesotho
Lesotho adalah negara yang terletak di pedalaman Afrika Selatan. Negara ini memiliki berbagai masalah, yang memicu banyaknya kasus kekerasan dan pembunuhan.
Lesotho mengalami masalah kemiskinan yang parah, tingkat pengangguran yang tinggi, dan hal itu menyebabkan munculnya banyak geng bersenjata yang aktif di dunia kriminal. Selain itu, kasus HIV/AIDS sangat tinggi di sana, yang memberi kontribusi terhadap pergolakan sosial. Yang lebih mengkhawatirkan, ada perdagangan gelap yang memperjualbelikan organ tubuh manusia yang ditujukan untuk keperluan medis.
Banyaknya masalah itulah yang memicu tingginya kasus kejahatan dan kekerasan bersenjata di Lesotho. Semua orang ingin bertahan hidup. Ketika kemiskinan mencekik sementara lapangan kerja tak tersedia, mereka pun menjadi penjahat. Lesotho adalah cermin bagaimana kegagalan pemerintah dalam memakmurkan negaranya menjadi salah satu faktor yang memicu rusaknya masyarakat.
Hmm… ada yang mau menambahkan?
Pada Oktober 2011, Deklarasi Jenewa tentang Kekerasan Bersenjata merilis laporan tahunan yang mempelajari tingkat kematian akibat kekerasan bersenjata di seluruh dunia, dari 2004 sampai 2009. Mereka menyusun daftar negara-negara yang dianggap memiliki kasus kekerasan bersenjata paling banyak, dengan angka rata-rata kematian akibat kekerasan. Studi itu menemukan bahwa seperempat dari semua kematian akibat kekerasan terjadi paling banyak di 14 negara.
Berikut ini sepuluh negara teratas dalam daftar yang dirilis Deklarasi Jenewa tentang Kekerasan Bersenjata, dengan latar belakang yang menjadi penyebab utama meningginya tingkat pembunuhan dan kekerasan bersenjata di masing-masing negara.
El Salvador
Yang menjadikan El Salvador menempati peringkat atas dalam hal kekerasan bersenjata, karena di negara ini terdapat banyak geng yang memiliki senjata sekaliber militer. Tumbuh suburnya geng di El Salvador terinspirasi oleh perang pengedar obat bius di Meksiko, yang juga memiliki banyak geng dan saling memperebutkan wilayah dalam pengedaran obat bius.
Anggota geng dari El Salvador bahkan cukup banyak yang masuk ke Amerika Serikat, dalam upaya perluasan wilayah perdagangan gelap. Pada tahun 1900-an, ribuan anggota geng El Salvador itu dideportasi dari Amerika Serikat.
Selain aktif dalam peredaran obat bius, geng-geng di El Salvador juga melakukan berbagai kejahatan terhadap masyarakat, yang salah satunya pemerasan. Dengan menyandera sekelompok orang, mereka melakukan pemerasan terhadap pemerintah daerah setempat untuk membayar tebusan.
Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa taktik pemerasan di El Salvador telah menggunakan serangan granat pada transportasi umum, dan tanpa pandang bulu membunuh warga termasuk anak-anak. Karena kenyataan itu, tingkat pembunuhan yang melibatkan kekerasan bersenjata di El Salvador pun termasuk tinggi, yaitu 65 kasus pembunuhan per 100.000 orang dalam setahun.
Irak
Pada 2004, setelah Perang Irak usai dan Presiden Saddam Hussein terguling, terjadi berbagai konflik di wilayah-wilayah utama Irak, hingga melibatkan kekerasan bersenjata yang berujung pada kematian. Tingkat pembunuhan di Irak sejak itu bahkan sepuluh kali lebih tinggi daripada New York City.
Setelah pemerintah AS menarik pasukannya secara besar-besaran dari Irak pada 2009, kekosongan militer di negara itu bukannya menjadikan Irak makin tenteram, tetapi makin tinggi tingkat kejahatannya. Pemerintah Irak dan AS menuding bahwa sebagian besar kasus kekerasan yang terjadi adalah perbuatan geng yang terdiri dari mantan pemberontak.
Yang jelas, dengan ditariknya pasukan asing dari Irak, maka tanggung jawab keamanan sepenuhnya berada di tangan pemerintah Irak. Dengan keadaan dan suasana negara yang masih kacau, mereka harus berhadapan dengan kelompok-kelompok bersenjata yang tak segan menggunakan senjatanya untuk kekerasan dan kejahatan.
Jamaika
Negara kepulauan ini pernah menduduki peringkat teratas sebagai negara dengan kasus pembunuhan dan kekerasan bersenjata paling banyak. Namun, secara bertahap, tingkat kekerasan di Jamaika terus menurun seiring peningkatan penegakan hukum serta kegiatan pencegahan yang terus diupayakan pemerintah.
Yang masih menjadi masalah, tingkat korupsi di Jamaika tergolong tinggi, dan hal itu menjadi penghambat dalam penegakan hukum. Kelompok-kelompok bersenjata di Jamaika sering kali lolos dari jeratan hukum karena menyuap para pejabat korup yang dengan mudah melepaskannya dari penangkapan, bahkan melindunginya.
Banyaknya kasus kekerasan bersenjata di Jamaika, karena banyaknya geng yang beroperasi di sana dalam peredaran obat-obatan terlarang. Kejahatan dan kekerasan bersenjata terutama terjadi di daerah-daerah miskin, semisal Kingston dan Montego Bay. Dalam perang antar geng, sering kali terjadi tembak-tembakan, dan sering kali pula peluru nyasar ke orang yang tak bersalah. Bahkan polisi pun sering menjadi korban tembakan nyasar semacam itu.
Honduras
Pada 1995, Departemen Luar Negeri AS menyatakan bahwa sebanyak 98 warga Amerika tewas di Honduras akibat kekerasan bersenjata, dan hanya 28 kasus yang telah terpecahkan. Kenyataannya, negara di Amerika Tengah ini memang aktif dalam kejahatan dan kekerasan bersenjata, yang umumnya melibatkan antar geng yang banyak beroperasi di sana.
Kelompok-kelompok geng di Honduras diketahui berhubungan dengan kelompok-kelompok geng di Amerika Latin dalam hal pengedaran obat-obatan terlarang, dan kekerasan antar geng menjadi penyumbang utama dalam tingkat kejahatan. Daerah pesisir utara, yang telah menarik wisatawan, semakin digunakan sebagai jalur penyelundupan narkoba, dan hal itu menjadikan aktivitas persaingan antar geng semakin meningkat.
Tingkat kejahatan juga semakin tinggi setelah terjadinya kudeta pada 2009 yang menggulingkan Presiden Manuel Zelaya. Kemiskinan dan penegakan hukum yang buruk juga disebut sebagai faktor kunci dalam tingkat kejahatan serta kekerasan bersenjata. Di Honduras, kasus kekerasan bersenjata telah menewaskan 77 per 100.000 orang setiap tahun.
Kolombia
Kolombia adalah “sarang penyamun”. Di negara ini, terdapat mafia obat-obatan terlarang yang terkenal, yang disebut Marxis FARC, yang telah beroperasi di sana sejak 1980. Keberadaan mafia itu ditambah dengan banyaknya kelompok-kelompok geng yang aktif dalam bidang yang sama, dan persaingan mereka dalam memperebutkan wilayah peredaran obat bius menjadi pemicu terjadinya banyak kasus kekerasan bersenjata.
Bagaimana pun, pemerintah Kolombia telah melakukan berbagai tindakan keras setiap tahun terhadap geng-geng obat bius yang ada di sana. Kenyataannya, Kolombia pun relatif lebih aman dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, misalnya, tingkat pembunuhan turun 34 persen dibandingkan tujuh tahun sebelumnya. Meski begitu, Kolombia masih dianggap sebagai salah satu negara paling mematikan di dunia, berkaitan dengan kelompok-kelompok geng obat bius yang ada di sana.
Venezuela
Banyak gerombolan bersenjata yang aktif beroperasi di perkotaan dan pinggiran kota, serta di daerah-daerah miskin di sekitarnya. Di daerah-daerah semacam itu biasanya jarang dipatroli oleh kepolisian, sehingga anggota-anggota gerombolan itu pun merasa leluasa menjalankan kejahatannya, bahkan ketika siang bolong. Mereka mengambil keuntungan dari kurangnya kehadiran polisi, sehingga kekerasan bersenjata tidak hanya terjadi pada malam gelap, tapi juga di siang yang benderang.
Venezuela menjadi salah satu negara dengan kasus kekerasan bersenjata tertinggi di dunia. Yang menjadi masalah, kelompok-kelompok hak asasi manusia yang mencoba masuk ke negara itu dianggap sebagai lawan politik oleh agen keamanan pemerintah Hugo Chavez. Pemerintah Venzuela bahkan tidak mau lagi memberikan data tingkat pembunuhan pada kelompok hak asasi manusia.
Tetapi, sebuah laporan yang bocor pada 2010 menunjukkan bahwa tingkat pembunuhan nasional di Venezuela sebanyak 75 per 100.000 orang, dan tingkat pembunuhan lokal di Caracas (ibukota Venezuela) sebanyak 220 per 100.000 orang.
Guatemala
Guatemala adalah negara mengerikan, dengan tingkat kekerasan bersenjata yang menakutkan. Pada tahun 2009, di Guatemala City rata-rata terdapat 25 kasus pembunuhan per minggu. Dalam tujuh bulan pertama tahun 2011, rata-rata terdapat 42 pembunuhan per minggu. Angka itu belum termasuk dengan banyaknya kekerasan bersenjata di sana-sini yang kerap terjadi.
Penegakan hukum yang buruk dan aturan hukum yang lemah telah menyebabkan Guatemala terperosok ke dalam masalah kejahatan, sementara respons polisi sangat lambat dalam membawa pihak yang bersalah ke pengadilan. Di luar itu, kelompok-kelompok geng bersenjata semakin canggih dan makin banyak tumbuh di daerah perkotaan serta pedesaan.
Umumnya, kelompok-kelompok geng terlibat dalam industri dan bisnis narkoba serta penyelundupan manusia. Yang mengerikan, banyak mantan perwira militer yang memiliki masa lalu kelam di negara itu, ikut bergabung dengan kelompok-kelompok geng yang ada di sana, dan menjadi pasukan pembunuh serta melatih mereka dalam kegiatan kriminal.
Afrika Selatan
Dalam laporan statistik kepada PBB, pemerintah Afrika selatan menyatakan bahwa tingkat pembunuhan di negara mereka telah turun sebanyak 6,5 persen pada 2010/2011. Meski begitu, tingkat pembunuhan, perkosaan, dan kasus kekerasan bersenjata di negara itu masih tergolong tinggi. Bahkan polisi pun banyak yang menjadi korban akibat banyaknya kasus kekerasan bersenjata di sana.
Kelompok-kelompok kejahatan di Afrika Selatan tampaknya mirip dengan para penjahat di film-film Hollywood. Mereka tidak takut melawan polisi yang berusaha menangkap mereka, dan para penjahat itu dengan mudah bisa meledakkan senjatanya kepada para polisi. Akibatnya, kasus kekerasan bersenjata di sana pun sangat tinggi. Tidak hanya antar kelompok penjahat, tapi juga antar penjahat dengan para polisi.
Sri Lanka
Kasus kekerasan bersenjata di Sri Lanka paling banyak melibatkan para pemberontak Macan Tamil yang berkonfrontasi dengan pasukan keamanan Sri Lanka. Selama 26 tahun konflik itu terus berlangsung, dan tak terhitung banyaknya kasus kekerasan bersenjata yang terjadi di antara mereka.
Sampai kemudian, pada 2009, pasukan keamanan Sri Lanka berhasil menundukkan para pemberontak Macan Tamil, dan sejak itu pula terjadi penurunan kasus kekerasan bersenjata, seiring makin meningkatnya keamanan di sana. Seiring dengan itu, LSM-LSM dari luar negeri juga mulai masuk ke Sri Lanka untuk membantu menemukan dan melucuti ranjau-ranjau darat yang belum meledak.
Masih ada sedikit kejahatan dan kekerasan yang berlangsung di Sri Lanka, namun aktivitas kriminal itu hanya terjadi di bagian utara negara tersebut.
Lesotho
Lesotho adalah negara yang terletak di pedalaman Afrika Selatan. Negara ini memiliki berbagai masalah, yang memicu banyaknya kasus kekerasan dan pembunuhan.
Lesotho mengalami masalah kemiskinan yang parah, tingkat pengangguran yang tinggi, dan hal itu menyebabkan munculnya banyak geng bersenjata yang aktif di dunia kriminal. Selain itu, kasus HIV/AIDS sangat tinggi di sana, yang memberi kontribusi terhadap pergolakan sosial. Yang lebih mengkhawatirkan, ada perdagangan gelap yang memperjualbelikan organ tubuh manusia yang ditujukan untuk keperluan medis.
Banyaknya masalah itulah yang memicu tingginya kasus kejahatan dan kekerasan bersenjata di Lesotho. Semua orang ingin bertahan hidup. Ketika kemiskinan mencekik sementara lapangan kerja tak tersedia, mereka pun menjadi penjahat. Lesotho adalah cermin bagaimana kegagalan pemerintah dalam memakmurkan negaranya menjadi salah satu faktor yang memicu rusaknya masyarakat.
Hmm… ada yang mau menambahkan?