Negara-negara dengan Jam Kerja Tersingkat di Dunia
https://www.belajarsampaimati.com/2014/07/negara-negara-dengan-jam-kerja.html
Ilustrasi/glints.com |
Secara rata-rata, para pekerja di Indonesia bekerja selama 8 jam sehari dengan dikurangi jam istirahat, atau sekitar 40 jam dalam seminggu. Delapan jam kerja setiap hari bisa dibilang sepertiga dari waktu sehari semalam (24 jam) yang dimiliki setiap orang. Sekilas, jumlah itu terkesan ideal, karena sepertiga waktu sehari digunakan untuk bekerja, sepertiga digunakan untuk tidur (yang rata-rata juga 8 jam), sementara sepertiga sisanya digunakan untuk keluarga atau aktivitas lain.
Meski begitu, jam kerja di sejumlah negara ada yang lebih rendah atau lebih singkat dibanding Indonesia atau negara lain umumnya. Di Norwegia, misalnya, para pekerja hanya menghabiskan 33 jam seminggu untuk bekerja. Sementara para pekerja di Belanda hanya menghabiskan waktu 29 jam seminggu untuk bekerja. Berikut ini negara-negara yang dianggap memiliki jam kerja paling singkat di dunia.
Belanda
Mayoritas pekerja di Belanda hanya bekerja selama empat hari dalam seminggu, atau sekitar 29 jam, dengan tata-rata penghasilan tahunan sebesar US$ 47 ribu. Sementara para ibu rumahtangga yang bekerja di rumah, rata-rata menghabiskan waktu 34 jam, dan para suami bekerja di rumah dengan durasi rata-rata 12 persen lebih rendah dari ibu rumahtangga.
Belanda memang sengaja membuat jam kerjanya relatif singkat, dengan tujuan untuk menciptakan keseimbangan kehidupan bagi para pekerja. Bahkan, meski jam kerja mereka bisa dibilang paling singkat di dunia, para pekerja di Belanda masih berhak untuk mendapatkan hari libur sewaktu-waktu.
Denmark
Budaya kerja di Denmark sangat fleksibel. Mayoritas pekerja di negara itu rata-rata bekerja selama 33 jam seminggu, dengan rata-rata penghasilan tahunan sebesar US$ 46 ribu. Para pekerja juga diberi hak cuti selama lima minggu setiap tahun.
Norwegia
Para pekerja di Norwegia rata-rata bekerja selama 33 jam seminggu, dengan rata-rata penghasilan tahunan sebesar US$ 44 ribu. Hukum perburuhan di Norwegia bisa dibilang sangat longgar di dunia.
Dengan jam kerja yang relatif singkat, para pekerja juga masih diberi hak untuk cuti selama 21 hari setiap tahun, sementara para pekerja yang memiliki anak juga bisa mengajukan libur tambahan untuk memberikan waktu bagi anak-anaknya. Sementara untuk pekerja wanita yang hamil diberi cuti hamil sampai 43 minggu.
Irlandia
Pada 1983, para pekerja di Irlandia bekerja selama 44 jam dalam seminggu, namun jumlah itu relatif turun dari tahun ke tahun. Memasuki tahun 2012, para pekerja di sana hanya bekerja selama 34 jam dalam seminggu, dengan rata-rata penghasilan tahunan sebesar US$ 51 ribu. Penurunan jam kerja itu lebih banyak dikarenakan mayoritas penduduknya beralih menjadi pekerja pertanian.
Jerman
Di Jerman, para pekerja paruh waktu menjadi hal umum. Pada 2012, satu dari empat pekerja di Jerman memiliki pekerjaan dengan sistem paruh waktu. Para pekerja purna waktu bekerja selama 35 jam setiap minggu, dengan rata-rata penghasilan tahunan sebesar US$ 40 ribu. Sementara para pekerja paruh waktu bekerja dalam waktu lebih singkat.
Banyaknya pekerja paruh waktu di Jerman memang menjadi kebijakan pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran di sana. Saat ini, angka pengangguran di Jerman sekitar 5 persen, atau lebih rendah jika dibandingkan Amerika yang sebesar 7 persen.
Swiss
Mayoritas pekerja di Swiss menghabiskan 35 jam seminggu untuk bekerja, atau sekitar 155 jam setiap tahun. Sementara rata-rata penghasilan tahunan mereka sebesar US$ 50 ribu. Sekitar sepertiga dari para pekerja di Swiss adalah pekerja paruh waktu.
Belgia
Sungguh menyenangkan bekerja di Belgia, karena pemerintahnya memberikan kebijakan pada para pekerja untuk berhak istirahat selama satu tahun. Selama libur panjang itu, para pekerja masih mendapat tunjangan gaji. Dalam keseharian, para pekerja di negara itu menghabiskan 35 jam seminggu untuk bekerja, dengan rata-rata penghasilan tahunan sebesar US$ 44 ribu.
Swedia
Serikat buruh memiliki peran besar dalam sistem kerja di Swedia. Melalui serikat buruh itulah, jam kerja di Swedia bisa dibilang terus turun dari tahun ke tahun melalui perundingan dan kesepakatan.
Saat ini, para pekerja di Swedia bekerja 36 jam dalam seminggu, dengan rata-rata penghasilan tahunan sebesar US$ 38 ribu. Di negara itu juga banyak terdapat pekerja paruh waktu, yang sebagian besarnya berjenis kelamin wanita.
Australia
Tidak berbeda dengan Swedia, para pekerja di Australia juga bekerja selama 36 jam dalam seminggu, dengan rata-rata penghasilan tahunan sebesar US$ 45 ribu. Di luar itu, para pekerja juga berhak untuk mendapatkan cuti, dan pesangon yang cukup jika berhenti atau diberhentikan dari pekerjaannya.
Italia
Secara resmi, jam kerja di Italia sebanyak 36 jam dalam seminggu, namun para pekerja yang ingin mendapatkan tambahan gaji bisa menambah jam kerjanya menjadi 40 jam dalam seminggu. Selain itu, para pekerja di sana juga bebas membagi jam kerjanya, selama jumlah jam kerja harian terpenuhi. Untuk gaji, rata-rata penghasilan tahunan di Italia sebesar US$ 34 ribu.
Hmm… ada yang mau menambahkan?
Meski begitu, jam kerja di sejumlah negara ada yang lebih rendah atau lebih singkat dibanding Indonesia atau negara lain umumnya. Di Norwegia, misalnya, para pekerja hanya menghabiskan 33 jam seminggu untuk bekerja. Sementara para pekerja di Belanda hanya menghabiskan waktu 29 jam seminggu untuk bekerja. Berikut ini negara-negara yang dianggap memiliki jam kerja paling singkat di dunia.
Belanda
Mayoritas pekerja di Belanda hanya bekerja selama empat hari dalam seminggu, atau sekitar 29 jam, dengan tata-rata penghasilan tahunan sebesar US$ 47 ribu. Sementara para ibu rumahtangga yang bekerja di rumah, rata-rata menghabiskan waktu 34 jam, dan para suami bekerja di rumah dengan durasi rata-rata 12 persen lebih rendah dari ibu rumahtangga.
Belanda memang sengaja membuat jam kerjanya relatif singkat, dengan tujuan untuk menciptakan keseimbangan kehidupan bagi para pekerja. Bahkan, meski jam kerja mereka bisa dibilang paling singkat di dunia, para pekerja di Belanda masih berhak untuk mendapatkan hari libur sewaktu-waktu.
Denmark
Budaya kerja di Denmark sangat fleksibel. Mayoritas pekerja di negara itu rata-rata bekerja selama 33 jam seminggu, dengan rata-rata penghasilan tahunan sebesar US$ 46 ribu. Para pekerja juga diberi hak cuti selama lima minggu setiap tahun.
Norwegia
Para pekerja di Norwegia rata-rata bekerja selama 33 jam seminggu, dengan rata-rata penghasilan tahunan sebesar US$ 44 ribu. Hukum perburuhan di Norwegia bisa dibilang sangat longgar di dunia.
Dengan jam kerja yang relatif singkat, para pekerja juga masih diberi hak untuk cuti selama 21 hari setiap tahun, sementara para pekerja yang memiliki anak juga bisa mengajukan libur tambahan untuk memberikan waktu bagi anak-anaknya. Sementara untuk pekerja wanita yang hamil diberi cuti hamil sampai 43 minggu.
Irlandia
Pada 1983, para pekerja di Irlandia bekerja selama 44 jam dalam seminggu, namun jumlah itu relatif turun dari tahun ke tahun. Memasuki tahun 2012, para pekerja di sana hanya bekerja selama 34 jam dalam seminggu, dengan rata-rata penghasilan tahunan sebesar US$ 51 ribu. Penurunan jam kerja itu lebih banyak dikarenakan mayoritas penduduknya beralih menjadi pekerja pertanian.
Jerman
Di Jerman, para pekerja paruh waktu menjadi hal umum. Pada 2012, satu dari empat pekerja di Jerman memiliki pekerjaan dengan sistem paruh waktu. Para pekerja purna waktu bekerja selama 35 jam setiap minggu, dengan rata-rata penghasilan tahunan sebesar US$ 40 ribu. Sementara para pekerja paruh waktu bekerja dalam waktu lebih singkat.
Banyaknya pekerja paruh waktu di Jerman memang menjadi kebijakan pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran di sana. Saat ini, angka pengangguran di Jerman sekitar 5 persen, atau lebih rendah jika dibandingkan Amerika yang sebesar 7 persen.
Swiss
Mayoritas pekerja di Swiss menghabiskan 35 jam seminggu untuk bekerja, atau sekitar 155 jam setiap tahun. Sementara rata-rata penghasilan tahunan mereka sebesar US$ 50 ribu. Sekitar sepertiga dari para pekerja di Swiss adalah pekerja paruh waktu.
Belgia
Sungguh menyenangkan bekerja di Belgia, karena pemerintahnya memberikan kebijakan pada para pekerja untuk berhak istirahat selama satu tahun. Selama libur panjang itu, para pekerja masih mendapat tunjangan gaji. Dalam keseharian, para pekerja di negara itu menghabiskan 35 jam seminggu untuk bekerja, dengan rata-rata penghasilan tahunan sebesar US$ 44 ribu.
Swedia
Serikat buruh memiliki peran besar dalam sistem kerja di Swedia. Melalui serikat buruh itulah, jam kerja di Swedia bisa dibilang terus turun dari tahun ke tahun melalui perundingan dan kesepakatan.
Saat ini, para pekerja di Swedia bekerja 36 jam dalam seminggu, dengan rata-rata penghasilan tahunan sebesar US$ 38 ribu. Di negara itu juga banyak terdapat pekerja paruh waktu, yang sebagian besarnya berjenis kelamin wanita.
Australia
Tidak berbeda dengan Swedia, para pekerja di Australia juga bekerja selama 36 jam dalam seminggu, dengan rata-rata penghasilan tahunan sebesar US$ 45 ribu. Di luar itu, para pekerja juga berhak untuk mendapatkan cuti, dan pesangon yang cukup jika berhenti atau diberhentikan dari pekerjaannya.
Italia
Secara resmi, jam kerja di Italia sebanyak 36 jam dalam seminggu, namun para pekerja yang ingin mendapatkan tambahan gaji bisa menambah jam kerjanya menjadi 40 jam dalam seminggu. Selain itu, para pekerja di sana juga bebas membagi jam kerjanya, selama jumlah jam kerja harian terpenuhi. Untuk gaji, rata-rata penghasilan tahunan di Italia sebesar US$ 34 ribu.
Hmm… ada yang mau menambahkan?