Negara Mana yang Biaya Teleponnya Paling Murah?
https://www.belajarsampaimati.com/2014/07/negara-mana-yang-biaya-teleponnya.html
Ilustrasi/kominfo.go.id |
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menyatakan bahwa Amerika Serikat, Spanyol, dan Kanada, adalah negara yang memiliki tarif telepon termahal di dunia. Berdasarkan catatan mereka, ketiga negara tersebut menduduki posisi teratas untuk tarif telepon termahal.
Rata-rata pelanggan telepon seluler di Kanada membayar tagihan sebesar US$ 500,63 per bulan untuk 780 menit percakapan telepon, 600 SMS, dan 8 MMS. Sedangkan di AS, pelanggan seluler harus mengeluarkan biaya sebesar US$ 635.85 untuk tagihan dengan jumlah penggunaan yang sama.
Masing-masing negara memang memiliki tarif telepon yang bervariasi. Sebagian ada yang tergolong mahal, sebagian ada yang relatif murah. Tinggi atau rendahnya tarif telepon umumnya dilatarbelakangi oleh infrastruktur, lokasi, kebijakan pemerintah dan operator, serta faktor lain semisal roaming.
Salah satu hal yang menjadikan mahalnya biaya menelepon adalah sistem roaming, yang mengharuskan pengguna telepon membayar untuk setiap panggilan yang masuk. Mayoritas operator telekomunikasi Amerika Serikat menerapkan sistem tersebut untuk pelanggan pascabayar, sehingga biaya telepon di negara itu relatif besar.
Selain roaming, ketersediaan infrastruktur juga menjadi faktor yang menyebabkan mahalnya biaya telepon. Buruknya jaringan di kebanyakan negara Afrika, seperti Tanzania dan Nigeria, mengakibatkan biaya telepon menyita hingga 35 persen pengeluaran pemilik ponsel per bulan.
Lalu di negara mana saja yang tarif teleponnya murah? Lembaga riset Frost & Sullivan melakukan penelitian di banyak negara dengan membandingkan tarif telepon di negara-negara tersebut. Hasilnya, mayoritas negara-negara maju di Eropa dan Amerika Serikat memang cenderung membayar biaya telepon lebih mahal dibandingkan negara kawasan Asia Pasifik. Berikut ini adalah negara-negara yang memiliki tarif telepon paling murah di dunia.
Swedia
Dibanding negara Eropa lainnya, Swedia memiliki tarif telepon yang paling murah, bahkan jauh lebih murah dibanding Inggris atau Prancis yang sama-sama ada di Eropa. Berdasarkan data Frost & Sullivan, biaya percakapan melalui telepon di Swedia rata-rata cuma Rp. 300 per menit. Bandingkan misalnya dengan tarif di Inggris yang mencapai sekitar Rp. 3.800 per menit.
Murahnya tarif telepon di Swedia, karena semua operator di sana menerapkan sistem tagihan sesuai pemakaian. Di negara itu sistem yang populer adalah pascabayar. Selain itu, tidak ada biaya roaming dan biaya minimum per bulan, sehingga pelanggan bisa menggunakan telepon sebanyak atau sesedikit apa pun.
Thailand
Sistem pascabayar di Thailand menerapkan pola pembayaran sesuai pemakaian seperti di Swedia. Namun, mayoritas pengguna telepon seluler lebih banyak yang menggunakan sistem prabayar.
Tarif menelepon di Thailand juga tergolong murah, antara Rp. 250-300 per menit.
Hong Kong
Rata-rata warga Hong Kong menghabiskan sekitar Rp. 85.000 untuk tagihan bulanan telekomunikasi mereka, untuk percakapan sekitar 600 menit lewat telepon. Di Hong Kong, tarif rata-rata telepon per menit hanya Rp. 200. Tarif murah itu didapatkan oleh pengguna pascabayar maupun prabayar.
India
Sepuluh tahun yang lalu, tarif telepon di India bisa dibilang sangat mahal, yaitu sekitar Rp. 8.000 per menit. Namun kemudian, akibat persaingan usaha provider seluler, pemerintah pun menerbitkan aturan agar tarif antar operator disesuaikan, dan hasilnya adalah penurunan tarif dalam jumlah sangat besar. Akibat persaingan, tarif telepon di India pernah mencapai Rp. 1 per detik.
Di masa sekarang, tarif di India masih tergolong murah, yaitu sekitar Rp 90-100 per menit, karena operator harus meningkatkan kualitas jaringan. Di India, kebanyakan pengguna ponsel lebih menyukai sistem prabayar.
Indonesia
Dalam catatan Frost & Sullivan, Indonesia termasuk negara dengan biaya telepon yang sangat murah, karena tarifnya hanya sekitar Rp. 100-300 per menit.
Di masa lalu, ketika ponsel masih menjadi barang mewah, hanya orang-orang tertentu yang memilikinya, akibat tarifnya yang sangat mahal. Namun situasi itu berubah ketika pada 2005 berbagai operator seluler bersaing memperebutkan pelanggan. Persaingan itu berdampak pada penurunan tarif telepon yang signifikan, hingga masyarakat luas dapat menggunakan ponsel dengan tarif terjangkau. Pilihan layanan prabayar dan pascabayar yang makin mudah menjadikan para konsumen semakin akrab dengan ponsel.
Hmm… ada yang mau menambahkan?
Rata-rata pelanggan telepon seluler di Kanada membayar tagihan sebesar US$ 500,63 per bulan untuk 780 menit percakapan telepon, 600 SMS, dan 8 MMS. Sedangkan di AS, pelanggan seluler harus mengeluarkan biaya sebesar US$ 635.85 untuk tagihan dengan jumlah penggunaan yang sama.
Masing-masing negara memang memiliki tarif telepon yang bervariasi. Sebagian ada yang tergolong mahal, sebagian ada yang relatif murah. Tinggi atau rendahnya tarif telepon umumnya dilatarbelakangi oleh infrastruktur, lokasi, kebijakan pemerintah dan operator, serta faktor lain semisal roaming.
Salah satu hal yang menjadikan mahalnya biaya menelepon adalah sistem roaming, yang mengharuskan pengguna telepon membayar untuk setiap panggilan yang masuk. Mayoritas operator telekomunikasi Amerika Serikat menerapkan sistem tersebut untuk pelanggan pascabayar, sehingga biaya telepon di negara itu relatif besar.
Selain roaming, ketersediaan infrastruktur juga menjadi faktor yang menyebabkan mahalnya biaya telepon. Buruknya jaringan di kebanyakan negara Afrika, seperti Tanzania dan Nigeria, mengakibatkan biaya telepon menyita hingga 35 persen pengeluaran pemilik ponsel per bulan.
Lalu di negara mana saja yang tarif teleponnya murah? Lembaga riset Frost & Sullivan melakukan penelitian di banyak negara dengan membandingkan tarif telepon di negara-negara tersebut. Hasilnya, mayoritas negara-negara maju di Eropa dan Amerika Serikat memang cenderung membayar biaya telepon lebih mahal dibandingkan negara kawasan Asia Pasifik. Berikut ini adalah negara-negara yang memiliki tarif telepon paling murah di dunia.
Swedia
Dibanding negara Eropa lainnya, Swedia memiliki tarif telepon yang paling murah, bahkan jauh lebih murah dibanding Inggris atau Prancis yang sama-sama ada di Eropa. Berdasarkan data Frost & Sullivan, biaya percakapan melalui telepon di Swedia rata-rata cuma Rp. 300 per menit. Bandingkan misalnya dengan tarif di Inggris yang mencapai sekitar Rp. 3.800 per menit.
Murahnya tarif telepon di Swedia, karena semua operator di sana menerapkan sistem tagihan sesuai pemakaian. Di negara itu sistem yang populer adalah pascabayar. Selain itu, tidak ada biaya roaming dan biaya minimum per bulan, sehingga pelanggan bisa menggunakan telepon sebanyak atau sesedikit apa pun.
Thailand
Sistem pascabayar di Thailand menerapkan pola pembayaran sesuai pemakaian seperti di Swedia. Namun, mayoritas pengguna telepon seluler lebih banyak yang menggunakan sistem prabayar.
Tarif menelepon di Thailand juga tergolong murah, antara Rp. 250-300 per menit.
Hong Kong
Rata-rata warga Hong Kong menghabiskan sekitar Rp. 85.000 untuk tagihan bulanan telekomunikasi mereka, untuk percakapan sekitar 600 menit lewat telepon. Di Hong Kong, tarif rata-rata telepon per menit hanya Rp. 200. Tarif murah itu didapatkan oleh pengguna pascabayar maupun prabayar.
India
Sepuluh tahun yang lalu, tarif telepon di India bisa dibilang sangat mahal, yaitu sekitar Rp. 8.000 per menit. Namun kemudian, akibat persaingan usaha provider seluler, pemerintah pun menerbitkan aturan agar tarif antar operator disesuaikan, dan hasilnya adalah penurunan tarif dalam jumlah sangat besar. Akibat persaingan, tarif telepon di India pernah mencapai Rp. 1 per detik.
Di masa sekarang, tarif di India masih tergolong murah, yaitu sekitar Rp 90-100 per menit, karena operator harus meningkatkan kualitas jaringan. Di India, kebanyakan pengguna ponsel lebih menyukai sistem prabayar.
Indonesia
Dalam catatan Frost & Sullivan, Indonesia termasuk negara dengan biaya telepon yang sangat murah, karena tarifnya hanya sekitar Rp. 100-300 per menit.
Di masa lalu, ketika ponsel masih menjadi barang mewah, hanya orang-orang tertentu yang memilikinya, akibat tarifnya yang sangat mahal. Namun situasi itu berubah ketika pada 2005 berbagai operator seluler bersaing memperebutkan pelanggan. Persaingan itu berdampak pada penurunan tarif telepon yang signifikan, hingga masyarakat luas dapat menggunakan ponsel dengan tarif terjangkau. Pilihan layanan prabayar dan pascabayar yang makin mudah menjadikan para konsumen semakin akrab dengan ponsel.
Hmm… ada yang mau menambahkan?