Mengapa Nazi Menggunakan Simbol Swastika?
https://www.belajarsampaimati.com/2014/07/mengapa-nazi-menggunakan-simbol-swastika.html
Ilustrasi/merdeka.com |
Pada masa Reich Ketiga, ketika Adolf Hitler berkuasa di Jerman, Partai Nazi yang dipimpinnya menggunakan simbol swastika. Simbol itu tertera pada bendera merah dengan tanda swastika dalam lingkaran putih. Ketiga warna dalam swastika, yaitu merah, putih, dan hitam, diambil dari warna dasar bendera Jerman, yang pertama kali dipakai sebagai lambang kekaisaran Jerman pada 1897.
Meski popularitas lambang swastika bisa dibilang dimulai sejak digunakan oleh Nazi Jerman, namun sebenarnya lambang itu telah ada jauh sebelum Nazi terbentuk. Istilah “swastika” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “svastika”, yang artinya “kondusif untuk kebaikan/kesejahteraan”. Lambang itu telah ditemukan di keramik yang berasal dari empat abad sebelum Masehi di Persia/Iran, kemudian di Troy Yunani, Tibet, dan Jepang.
Orang Indian Amerika Utara, seperti Suku Navajo, juga mengenal lambang itu, yang bisa ditemukan pada pola kerajinan manik-manik mereka. Orang Hindu di India juga banyak menggunakan simbol tersebut untuk menandai pintu, kitab, dan persembahan.
Umumnya, swastika dibedakan dalam dua ciri, yaitu yang berputar searah jarum jam, dan sebaliknya. Swastika yang putarannya searah jarum jam dianggap sebagai lambang gerakan matahari, yang di belahan bumi bagian utara tampak bergerak dari timur ke selatan, kemudian ke barat. Sementara yang arah putarannya berlawanan dengan jarum jam dianggap melambangkan malam hari, serta simbol untuk praktik sihir. Pada swastika Nazi Jerman, arah geraknya seperti pada jarum jam.
Orang pertama yang punya ide agar Nazi menggunakan simbol swastika adalah Guide von List, seorang penyair dan ideolog nasionalistik Jerman. Pada 1910, ia menyarankan pemakaian swastika untuk organisasi/gerakan anti-Yahudi. Ketika Adolf Hitler membentuk Partai Sosialis Nasional (Nazi) pada 1919-1920, simbol itu pun diadopsinya. Ketika kemudian Nazi berkuasa, simbol yang sama diresmikan sebagai bendera nasional Jerman pada 15 September 1935.
Meski berasal dari bahasa Sansekerta, Nazi mau menggunakan simbol tersebut, karena menurut teori yang mereka anut, Sansekerta termasuk dalam kelompok bahasa Indo-Eropa, bahkan merupakan yang tertua. Kelompok bahasa itu, menurut Friedrich Max Muller, ahli bahasa dari Jerman pada abad ke-19, “memiliki sifat ke-Arya-an” sehingga Hitler dan Nazi memiliki alasan yang kuat untuk mengadopsinya.
Hmm… ada yang mau menambahkan?
Meski popularitas lambang swastika bisa dibilang dimulai sejak digunakan oleh Nazi Jerman, namun sebenarnya lambang itu telah ada jauh sebelum Nazi terbentuk. Istilah “swastika” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “svastika”, yang artinya “kondusif untuk kebaikan/kesejahteraan”. Lambang itu telah ditemukan di keramik yang berasal dari empat abad sebelum Masehi di Persia/Iran, kemudian di Troy Yunani, Tibet, dan Jepang.
Orang Indian Amerika Utara, seperti Suku Navajo, juga mengenal lambang itu, yang bisa ditemukan pada pola kerajinan manik-manik mereka. Orang Hindu di India juga banyak menggunakan simbol tersebut untuk menandai pintu, kitab, dan persembahan.
Umumnya, swastika dibedakan dalam dua ciri, yaitu yang berputar searah jarum jam, dan sebaliknya. Swastika yang putarannya searah jarum jam dianggap sebagai lambang gerakan matahari, yang di belahan bumi bagian utara tampak bergerak dari timur ke selatan, kemudian ke barat. Sementara yang arah putarannya berlawanan dengan jarum jam dianggap melambangkan malam hari, serta simbol untuk praktik sihir. Pada swastika Nazi Jerman, arah geraknya seperti pada jarum jam.
Orang pertama yang punya ide agar Nazi menggunakan simbol swastika adalah Guide von List, seorang penyair dan ideolog nasionalistik Jerman. Pada 1910, ia menyarankan pemakaian swastika untuk organisasi/gerakan anti-Yahudi. Ketika Adolf Hitler membentuk Partai Sosialis Nasional (Nazi) pada 1919-1920, simbol itu pun diadopsinya. Ketika kemudian Nazi berkuasa, simbol yang sama diresmikan sebagai bendera nasional Jerman pada 15 September 1935.
Meski berasal dari bahasa Sansekerta, Nazi mau menggunakan simbol tersebut, karena menurut teori yang mereka anut, Sansekerta termasuk dalam kelompok bahasa Indo-Eropa, bahkan merupakan yang tertua. Kelompok bahasa itu, menurut Friedrich Max Muller, ahli bahasa dari Jerman pada abad ke-19, “memiliki sifat ke-Arya-an” sehingga Hitler dan Nazi memiliki alasan yang kuat untuk mengadopsinya.
Hmm… ada yang mau menambahkan?
Arya nya India sama Arya nya Jerman sama ga?
BalasHapusArya-nya India tuh apa John?
Hapuskalo lihat di film Mahabaratha kan di sebutkan bahwa dinasti Kuru itu salah satu dinasti di Arya
HapusOoh, aku malah nggak tahu. Ya mungkin sama aja sih, kalau namanya juga ras Arya.
HapusArya itu bangsa India kuno dan Persia kuno, kalo bangsa Jerman lebih ke arah nordic bukan Arya tapi bahasanya emang serumpun. Dari kata Arya diturunkan kata Aryana - Airyana - Eran/ Iran artinya tanah bangsa Arya yg diturunkan dari frasa Persia kuno Aryanam Vaejah artinya sama seperti di atas
BalasHapusTerima kasih atas tambahannya yang berharga.
BalasHapus