Mengapa Kenangan Buruk Lebih Mudah Teringat Daripada Kenangan Indah?
https://www.belajarsampaimati.com/2014/07/mengapa-kenangan-buruk-lebih-mudah.html
Ilustrasi/pixabay.com |
Kebanyakan kita juga sepertinya lebih mudah mengingat kenangan-kenangan buruk, daripada sebaliknya. Mengapa kenangan buruk lebih mudah teringat daripada kenangan indah? Ada sebuah penelitian menarik yang secara tak langsung mengungkapkan hal ini. Bahwa orang memang lebih sulit melupakan kenangan yang keliru (buruk) dibanding kenangan yang benar (indah).
Daya ingat manusia pada dasarnya memang terbatas, dan berubah-ubah. Setiap kali kita berusaha mengingat sesuatu, kita memanggil ingatan dalam otak secara kurang sempurna.
Karena itu pula, sebuah bayangan kenangan sering kali tidak utuh atau tepat ketika kita bayangkan kembali. Seiring dengan itu, setiap kali ingatan tersebut kembali dipanggil, tingkat ketepatannya cenderung makin menurun.
Pada awal 1990-an, karena banyaknya pasien yang mengaku teringat kenangan atau pengalaman traumatis, beberapa pakar menduga hal itu disebabkan karena teknik yang digunakan para terapis ketika membuka kenangan pasien yang tersimpan memiliki persamaan dengan membuat kenangan palsu.
Banyak psikolog terkemuka menyatakan bahwa orang-orang itu lebih banyak memiliki kenangan palsu, daripada kenangan asli yang sebenarnya yang disimpan.
Menyangkut hal itu, ada sebuah penelitian yang menarik. Sebanyak 342 orang diminta menyaksikan 50 tayangan atas 2 peristiwa dengan cepat. Selama mereka menyaksikan tayangan itu, peneliti memperdengarkan suara komentar, seolah-olah ada orang yang menjadi saksi mata atas peristiwa yang sedang ditayangkan.
Salah satu tayangan menunjukkan seorang pria membobol dan mencuri sesuatu dari mobil. Sedangkan tayangan lainnya memperlihatkan seorang pria mencuri dompet dari seorang wanita. Narasi atau komentar terus disertakan pada setiap tayangan, seolah-olah menggambarkan adegan yang diperlihatkan.
Padahal, sebenarnya ada 12 tayangan yang dimanipulasi, sehingga narasi menceritakan hal berbeda dari adegan yang diperlihatkan. Misalnya, tayangan menunjukkan seorang pria bersandar di jendela, namun narasinya mengatakan pria bersandar di pintu.
Setelah itu, para peneliti menanyai peserta mengenai apa yang telah dilihat, dan di mana mereka mendapatkan sumbernya. Tujuannya untuk menguji apakah peserta bisa membedakan kenangan yang benar dengan yang palsu. Contohnya, seorang pria bersandar di jendela adalah kenangan yang benar, sedangkan pria yang bersandar di pintu adalah yang palsu.
Pada tes pertama, sebanyak 61 persen dari kenangan peserta adalah benar, sedangkan yang palsu hanya 31 persen. Satu setengah tahun kemudian, para peserta penelitian itu dipanggil kembali untuk menonton tayangan yang sama. Kali ini, para peneliti menghentikan tayangan sebelum memperlihatkan tayangan yang dimanipulasi, lalu bertanya kepada para peserta apa yang terjadi selanjutnya.
Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa kenangan yang benar mengalami penurunan dan tetap bertahan pada 45 persen ingatan peserta. Tetapi, kenangan yang keliru mengalami peningkatan dan tetap bertahan sebanyak 39 persen dari waktu ke waktu.
Meski penelitian itu tidak secara langsung membuktikan perbedaan kenangan buruk dan kenangan indah, tapi secara tidak langsung menunjukkan bahwa kenangan yang benar semakin memudar, namun kenangan yang keliru semakin menguat.
Penelitian itu juga menunjukkan bahwa meskipun kesalahan informasi dapat dilihat dengan mudah, tapi kekeliruan tersebut tetap bertahan kuat, bahkan terkadang lebih kuat daripada kenangan yang benar.
Hmm… ada yang mau menambahkan?