Negara-negara Paling Ramah Lingkungan di Dunia
https://www.belajarsampaimati.com/2014/06/negara-negara-paling-ramah-lingkungan.html
Ilustrasi/okezone.com |
Di tahun-tahun belakangan ini, salah satu isu besar yang bergulir di banyak negara adalah isu pemanasan global atau global warming yang melanda di seluruh dunia. Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi, yang salah satu penyebabnya adalah gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, hewan, atau pengaruh lingkungan.
Menanggapi kenyataan itu, berbagai negara pun mengeluarkan kebijakan baru untuk lebih ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, dengan tujuan untuk menekan tingkat pemanasan global. Daur ulang sampah, misalnya, adalah satu contoh kecil dalam upaya lebih ramah lingkungan, agar pencemaran bumi oleh sampah bisa semakin berkurang.
Suatu negara bisa disebut ramah lingkungan jika mampu mengoptimalkan sesuatu, sehingga lebih bermanfaat dan tidak mengganggu lingkungan. Untuk hal tersebut, para ahli dari organisasi Pusat Hukum dan Kebijakan Lingkungan Hidup Yale University, menyebut beberapa negara yang dianggap paling ramah lingkungan di dunia. Negara-negara yang termasuk ramah lingkungan itu telah melakukan berbagai upaya relatif besar, demi tujuan yang lebih baik untuk bumi.
Swiss, misalnya, telah lama dikenal sebagai negara dengan lingkungan paling stabil dan indah. Hal itu memberikan kontribusi tidak hanya untuk pemandangan yang indah, tetapi juga membuat penduduk setempat mencoba melakukan segala kemungkinan untuk mempertahankan status lingkungan yang baik di negara mereka.
Selain Swiss, Norwegia juga dianggap negara yang sangat ramah lingkungan, karena
memiliki catatan kemurnian air minum dan udara yang baik, serta beremisi karbon rendah. Berikut ini negara-negara yang dianggap paling ramah lingkungan di dunia.
Jerman
Jerman tidak main-main dalam memperbaiki negaranya agar lebih ramah lingkungan. Dalam hal suplai listrik, misalnya, Jerman memiliki pembangkit listrik bertenaga surya yang menyuplai lebih dari setengah kebutuhan listrik di sana. Selain itu, pada 2008, Jerman juga telah menginvestasikan lebih dari US$ 14 milyar (sekitar 140 triliun) untuk membangun teknologi yang juga ramah lingkungan.
Yang menakjubkan, masyarakat Jerman sangat mendukung upaya pemerintah mereka dalam upaya mewujudkan negara yang lebih ramah lingkungan. Orang-orang di sana mulai meninggalkan kendaraan—mobil dan sepeda motor—dan menggantinya dengan sepeda atau jalan kaki untuk bepergian. Hal itu didukung oleh cuaca di Jerman yang bisa dibilang sering mendung. Di kota Vauban, misalnya, bisa dibilang tidak ada mobil sama sekali, sehingga udaranya sangat bersih.
Norwegia
Norwegia memiliki produk panel surya paling besar di dunia, dan mereka bahkan berencana membuat gas karbon menjadi netral sehingga lebih ramah lingkungan. Semula, rencana itu diramalkan baru akan terwujud pada tahun 2050, namun kemudian Norwegia bisa mewujudkannya lebih cepat. Diperkirakan, teknologi yang akan sangat penting bagi bumi itu akan terwujud pada tahun 2030.
Yang juga menakjubkan dari Norwegia, merekalah negara pertama—dan satu-satunya untuk saat ini—yang membangun penjara ramah lingkungan, bernama “Bastøy Prison”.
Tuvalu
Tuvalu adalah negara kepulauan kecil, dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit. Karenanya, upaya pemerintah untuk lebih menjadikan negaranya ramah lingkungan juga relatif mudah diwujudkan. Kini, Tuvalu sedang menuju era yang lebih bersih, dan mencanangkan untuk memakai bahan bakar dengan sumber terbarukan untuk kegiatan ekonominya pada tahun 2020.
Selain itu, Tuvalu juga berencana untuk menggantikan semua bahan bakar fosil menjadi tenaga surya dan tenaga angin, sehingga lebih ramah lingkungan.
Swiss
Sebagai negara, Swiss memiliki pesona lingkungan yang hijau. Keindahan alam itu bahkan telah terkenal di dunia, sehingga menempatkan Swiss sebagai negara terpilih untuk kriteria negara paling hijau. Namun, pemerintah Swiss tidak hanya berupaya menjaga pemandangan serta pesona alamnya tetap hijau, tetapi juga berusaha agar negara itu lebih ramah lingkungan.
Untuk mewujudkan keinginan itu, pemerintah Swiss mengenakan biaya untuk air dan layanan pengelolaan sampah, serta memungut pajak lingkungan yang relatif tinggi. Dengan biaya-biaya khusus yang didapat dari masyarakat tersebut, pemerintah Swiss pun dapat lebih mengelola negaranya lebih bersih. Swiss adalah negara dengan tingkat polusi udara dan polusi air paling rendah di dunia.
Swedia
Pemerintah Swedia menyatakan akan terus menekan tingkat penggunaan bahan bakar fosil, hingga mereka benar-benar bebas dari penggunaan bahan bakar fosil pada tahun 2010. Upaya itu benar-benar dilakukan, dan Swedia telah mulai menggunakan tenaga nuklir serta tenaga air untuk membangkitkan listrik yang menyuplai negaranya.
Selain itu, Swedia juga telah menemukan cara menggunakan etanol serta memanfaatkan kotoran hewan untuk menjadi bahan bakar yang bisa menghidupkan mesin mobil. Terakhir, mereka juga mengembangkan teknologi wave power atau memanfaatkan tenaga gelombang untuk menghasilkan energi listrik.
Finlandia
Di negara-negara lain umumnya, perusakan hutan atau kebakaran hutan telah memusnahkan banyak tempat yang semula hijau menjadi padang kering. Padahal, menumbuhkan hutan butuh waktu bertahun-tahun, sementara perusakan hutan hanya butuh waktu sesaat. Ketidakseimbangan itulah yang menjadikan banyak negara yang semula hijau menjadi penuh polusi, dan tidak jarang juga terjadi bencana alam semisal banjir yang lebih sering, akibat ketidakseimbangan alam.
Kenyataan yang berbeda terjadi di Finlandia. Negara itu benar-benar hijau, dalam arti sesungguhnya. Hutan di Finlandia tumbuh lebih cepat dibandingkan penghancurannya. Artinya, pemerintah di sana benar-benar menjaga kelestarian alam, sementara tingkat perusakan hutan sangat rendah. Karenanya, Finlandia pun memiliki kualitas udara yang sangat bagus, dan tingkat polusi airnya sangat rendah. Finlandia bahkan menjadi eksportir terbesar di dunia dalam hal teknologi tenaga angin.
Denmark
Sejak tahun 1973, jauh-jauh hari sebelum isu pemanasan global menjadi isu internasional, Denmark telah berupaya untuk menjadikan negaranya lebih ramah lingkungan.
Sejak tahun 1973, Denmark telah terbebas dari impor bahan bakar fosil. Sebagai gantinya, Denmark mengembangkan teknologi taman angin lepas pantai yang ditujukan untuk membangkitkan tenaga listrik. Itu adalah teknologi berbasis angin di dunia yang pertama kali digunakan untuk menyuplai kebutuhan suatu negara.
Prancis
Karbondioksida adalah masalah umum di banyak negara akibat banyaknya asap pabrik serta asap kendaraan bermotor. Dalam hal itu, Prancis telah mencanangkan untuk mengurangi hingga 54 juta ton karbondioksida pada tahun 2010, dan tampaknya mereka cukup berhasil.
Dalam upaya mewujudkan negaranya agar lebih ramah lingkungan, Prancis juga menggunakan tenaga nuklir untuk menyuplai 78 persen kebutuhan energi di negara tersebut.
Australia
Australia sangat peduli pada kebersihan air serta tingkat keramahan lingkungan. Pemerintah federal Australia telah menggelontorkan dana hingga US$ 300 juta untuk membiayai inisiatif-inisiatif energi bersih, sehingga tingkat populasi air bisa terus ditekan serendah mungkin.
Selain itu, Australia juga telah mulai melarang penggunaan botol kemasan untuk air minum, karena botol bekas yang tidak digunakan dinilai kurang ramah lingkungan.
Kosta Rika
Kosta Rika adalah negara terkecil kedua di Amerika Tengah yang berbatasan dengan Nikaragua di sebelah utara, Panama di selatan-tenggara, Samudera Pasifik di barat dan selatan, dan Laut Karibia di timur.
Sebanyak 80 persen suplai listrik di negara ini menggunakan pembangkit listrik tenaga air. Selain itu, lima persen dari keanekaragaman hayati dunia terdapat di negeri ini, dan seperempat wilayah negaranya dikhususkan untuk taman pelestarian.
Hmm… ada yang mau menambahkan?
Menanggapi kenyataan itu, berbagai negara pun mengeluarkan kebijakan baru untuk lebih ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, dengan tujuan untuk menekan tingkat pemanasan global. Daur ulang sampah, misalnya, adalah satu contoh kecil dalam upaya lebih ramah lingkungan, agar pencemaran bumi oleh sampah bisa semakin berkurang.
Suatu negara bisa disebut ramah lingkungan jika mampu mengoptimalkan sesuatu, sehingga lebih bermanfaat dan tidak mengganggu lingkungan. Untuk hal tersebut, para ahli dari organisasi Pusat Hukum dan Kebijakan Lingkungan Hidup Yale University, menyebut beberapa negara yang dianggap paling ramah lingkungan di dunia. Negara-negara yang termasuk ramah lingkungan itu telah melakukan berbagai upaya relatif besar, demi tujuan yang lebih baik untuk bumi.
Swiss, misalnya, telah lama dikenal sebagai negara dengan lingkungan paling stabil dan indah. Hal itu memberikan kontribusi tidak hanya untuk pemandangan yang indah, tetapi juga membuat penduduk setempat mencoba melakukan segala kemungkinan untuk mempertahankan status lingkungan yang baik di negara mereka.
Selain Swiss, Norwegia juga dianggap negara yang sangat ramah lingkungan, karena
memiliki catatan kemurnian air minum dan udara yang baik, serta beremisi karbon rendah. Berikut ini negara-negara yang dianggap paling ramah lingkungan di dunia.
Jerman
Jerman tidak main-main dalam memperbaiki negaranya agar lebih ramah lingkungan. Dalam hal suplai listrik, misalnya, Jerman memiliki pembangkit listrik bertenaga surya yang menyuplai lebih dari setengah kebutuhan listrik di sana. Selain itu, pada 2008, Jerman juga telah menginvestasikan lebih dari US$ 14 milyar (sekitar 140 triliun) untuk membangun teknologi yang juga ramah lingkungan.
Yang menakjubkan, masyarakat Jerman sangat mendukung upaya pemerintah mereka dalam upaya mewujudkan negara yang lebih ramah lingkungan. Orang-orang di sana mulai meninggalkan kendaraan—mobil dan sepeda motor—dan menggantinya dengan sepeda atau jalan kaki untuk bepergian. Hal itu didukung oleh cuaca di Jerman yang bisa dibilang sering mendung. Di kota Vauban, misalnya, bisa dibilang tidak ada mobil sama sekali, sehingga udaranya sangat bersih.
Norwegia
Norwegia memiliki produk panel surya paling besar di dunia, dan mereka bahkan berencana membuat gas karbon menjadi netral sehingga lebih ramah lingkungan. Semula, rencana itu diramalkan baru akan terwujud pada tahun 2050, namun kemudian Norwegia bisa mewujudkannya lebih cepat. Diperkirakan, teknologi yang akan sangat penting bagi bumi itu akan terwujud pada tahun 2030.
Yang juga menakjubkan dari Norwegia, merekalah negara pertama—dan satu-satunya untuk saat ini—yang membangun penjara ramah lingkungan, bernama “Bastøy Prison”.
Tuvalu
Tuvalu adalah negara kepulauan kecil, dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit. Karenanya, upaya pemerintah untuk lebih menjadikan negaranya ramah lingkungan juga relatif mudah diwujudkan. Kini, Tuvalu sedang menuju era yang lebih bersih, dan mencanangkan untuk memakai bahan bakar dengan sumber terbarukan untuk kegiatan ekonominya pada tahun 2020.
Selain itu, Tuvalu juga berencana untuk menggantikan semua bahan bakar fosil menjadi tenaga surya dan tenaga angin, sehingga lebih ramah lingkungan.
Swiss
Sebagai negara, Swiss memiliki pesona lingkungan yang hijau. Keindahan alam itu bahkan telah terkenal di dunia, sehingga menempatkan Swiss sebagai negara terpilih untuk kriteria negara paling hijau. Namun, pemerintah Swiss tidak hanya berupaya menjaga pemandangan serta pesona alamnya tetap hijau, tetapi juga berusaha agar negara itu lebih ramah lingkungan.
Untuk mewujudkan keinginan itu, pemerintah Swiss mengenakan biaya untuk air dan layanan pengelolaan sampah, serta memungut pajak lingkungan yang relatif tinggi. Dengan biaya-biaya khusus yang didapat dari masyarakat tersebut, pemerintah Swiss pun dapat lebih mengelola negaranya lebih bersih. Swiss adalah negara dengan tingkat polusi udara dan polusi air paling rendah di dunia.
Swedia
Pemerintah Swedia menyatakan akan terus menekan tingkat penggunaan bahan bakar fosil, hingga mereka benar-benar bebas dari penggunaan bahan bakar fosil pada tahun 2010. Upaya itu benar-benar dilakukan, dan Swedia telah mulai menggunakan tenaga nuklir serta tenaga air untuk membangkitkan listrik yang menyuplai negaranya.
Selain itu, Swedia juga telah menemukan cara menggunakan etanol serta memanfaatkan kotoran hewan untuk menjadi bahan bakar yang bisa menghidupkan mesin mobil. Terakhir, mereka juga mengembangkan teknologi wave power atau memanfaatkan tenaga gelombang untuk menghasilkan energi listrik.
Finlandia
Di negara-negara lain umumnya, perusakan hutan atau kebakaran hutan telah memusnahkan banyak tempat yang semula hijau menjadi padang kering. Padahal, menumbuhkan hutan butuh waktu bertahun-tahun, sementara perusakan hutan hanya butuh waktu sesaat. Ketidakseimbangan itulah yang menjadikan banyak negara yang semula hijau menjadi penuh polusi, dan tidak jarang juga terjadi bencana alam semisal banjir yang lebih sering, akibat ketidakseimbangan alam.
Kenyataan yang berbeda terjadi di Finlandia. Negara itu benar-benar hijau, dalam arti sesungguhnya. Hutan di Finlandia tumbuh lebih cepat dibandingkan penghancurannya. Artinya, pemerintah di sana benar-benar menjaga kelestarian alam, sementara tingkat perusakan hutan sangat rendah. Karenanya, Finlandia pun memiliki kualitas udara yang sangat bagus, dan tingkat polusi airnya sangat rendah. Finlandia bahkan menjadi eksportir terbesar di dunia dalam hal teknologi tenaga angin.
Denmark
Sejak tahun 1973, jauh-jauh hari sebelum isu pemanasan global menjadi isu internasional, Denmark telah berupaya untuk menjadikan negaranya lebih ramah lingkungan.
Sejak tahun 1973, Denmark telah terbebas dari impor bahan bakar fosil. Sebagai gantinya, Denmark mengembangkan teknologi taman angin lepas pantai yang ditujukan untuk membangkitkan tenaga listrik. Itu adalah teknologi berbasis angin di dunia yang pertama kali digunakan untuk menyuplai kebutuhan suatu negara.
Prancis
Karbondioksida adalah masalah umum di banyak negara akibat banyaknya asap pabrik serta asap kendaraan bermotor. Dalam hal itu, Prancis telah mencanangkan untuk mengurangi hingga 54 juta ton karbondioksida pada tahun 2010, dan tampaknya mereka cukup berhasil.
Dalam upaya mewujudkan negaranya agar lebih ramah lingkungan, Prancis juga menggunakan tenaga nuklir untuk menyuplai 78 persen kebutuhan energi di negara tersebut.
Australia
Australia sangat peduli pada kebersihan air serta tingkat keramahan lingkungan. Pemerintah federal Australia telah menggelontorkan dana hingga US$ 300 juta untuk membiayai inisiatif-inisiatif energi bersih, sehingga tingkat populasi air bisa terus ditekan serendah mungkin.
Selain itu, Australia juga telah mulai melarang penggunaan botol kemasan untuk air minum, karena botol bekas yang tidak digunakan dinilai kurang ramah lingkungan.
Kosta Rika
Kosta Rika adalah negara terkecil kedua di Amerika Tengah yang berbatasan dengan Nikaragua di sebelah utara, Panama di selatan-tenggara, Samudera Pasifik di barat dan selatan, dan Laut Karibia di timur.
Sebanyak 80 persen suplai listrik di negara ini menggunakan pembangkit listrik tenaga air. Selain itu, lima persen dari keanekaragaman hayati dunia terdapat di negeri ini, dan seperempat wilayah negaranya dikhususkan untuk taman pelestarian.
Hmm… ada yang mau menambahkan?