Negara-negara dengan Perekonomian Terburuk

Ilustrasi/planetware.com
Inflasi adalah kisah klasik yang bisa dibilang tak pernah selesai di dunia. Ketika suatu negara mengalami inflasi yang tinggi, bisa dibilang negara itu akan berkubang di lingkaran setan akibat sulitnya keluar dari kubangan inflasi. Indonesia bisa menjadi contoh mudah untuk hal ini. Sejak dihantam inflasi pada akhir ’90-an, bisa dibilang Indonesia belum sepenuhnya berhasil keluar dari belitan krisis. Hanya sedikit negara yang mampu keluar dari inflasi dan membalikkan keadaan itu.

Ada beragam sebab inflasi yang terjadi di banyak negara, dari konflik politik dalam negeri, tingkat kerusuhan yang tinggi, ketidakmampuan mengelola sumber daya alam, sampai adanya sanksi dari PBB. Di antara banyak negara di dunia yang dibelit inflasi atau kriris ekonomi, berikut ini sepuluh negara yang perekonomiannya dinilai paling buruk.

Yaman

Negara ini memiliki sumber minyak yang kaya, serta memiliki pelabuhan terbesar di Timur Tengah. Tetapi, Yaman tercabik-cabik oleh konflik sipil di negerinya. Yaman juga memiliki cadangan minyak hingga 3 miliar barel, namun 45 persen penduduk Yaman buta huruf. Sekitar 10 juta orang di sana bahkan tidak memiliki persediaan makanan yang cukup, dan sebanyak 40 persen warganya berada di bawah garis kemiskinan. Pada 2011, pertumbuhan ekonomi di Yaman minus hingga 10,5 persen, sementara tingkat inflasinya mencapai 18 persen.

Suriah

Sendi-sendi ekonomi Suriah hancur karena adanya perang saudara, ditambah sanksi PBB berupa embargo ekspor minyak. Pertumbuhan ekonominya pada tahun 2011 minus hingga 6 persen, dengan inflasi tinggi yang mencapai 30 persen.

Sudan

Pada tahun 2000, Sudan Selatan memilih memisahkan diri karena perang saudara yang berlarut-larut. Hal itu mengakibatkan Sudan kehilangan tiga perempat produksi minyaknya. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi di Sudan minus hingga 10,5 persen, sementara tingkat inflasi mencapai 18 persen. Tampaknya Sudan masuk dalam daftar abadi sebagai negara dengan ekonomi terburuk.

Swaziland

Swaziland adalah negara di pedalaman Afrika. Entah karena pertimbangan apa, pemerintah Swaziland mengenakan kebijakan bea masuk yang tinggi ke negara mereka, sehingga para investor pun segan untuk berinvestasi di sana. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Swaziland cuma 0,3 persen pada 2011, sementara inflasinya mencapai 7 persen.

Pakistan


Negara ini hanya memiliki penduduk sekitar 176 juta jiwa. Namun separuh dari jumlah itu, atau 50 persen, berada di bawah garis kemiskinan. Tingginya tingkat pengangguran serta inflasi, ditambah korupsi yang merajalela dan perselisihan sipil di sana, menjadikan para investor tidak tertarik berinvestasi di Pakistan. Pada 2011, ekonomi Pakistan hanya tumbuh 1 persen, sementara inflasinya mencapai 12 persen.

Jamaika

Jamaika adalah negara eksotik. Karenanya, mereka pun mengandalkan sektor pariwisata untuk menegakkan ekonomi negaranya. Selain itu, Jamaika juga mengekspor bauksit. Meski begitu, negara ini masih harus berjuang keluar dari krisis ekonomi akibat tingginya rasio utang yang mencapai 120 persen dari PDB. Mata uang dolar mereka juga jatuh karena ekonomi negara hanya bisa tumbuh 1,5 persen di tahun 2011, dengan tingkat inflasi mencapai 7 persen.

Gambia

Negara yang ada di Afrika Barat ini sebenarnya menjadi tujuan wisatawan Eropa. Sayangnya, Gambia gagal mengelola sektor pariwisatanya. Sebaliknya, mereka justru terlindas krisis keuangan, sementara tanahnya miskin sumber daya alam. Pada 2011, pertumbuhan ekonomi Gambia hanya 3,3 persen, sementara inflasinya mencapai 4,7 persen.

Madagaskar

Madagaskar adalah negara pantai dengan pemandangan alam yang indah dan luar biasa. Sayangnya, sektor pariwisatanya tidak berjalan dengan baik, akibat perselisihan politik yang terjadi di sana. Konflik politik itu pula yang menjadikan ekonomi Madagaskar terpuruk. Sudah begitu, satu-satunya andalan ekspor, yakni tekstil, juga mengalami kejatuhan. Pada 2011, tingkat ekonomi Madagaskar hanya tumbuh 0,5 persen, sementara tingkat inflasinya meninggi hingga 10 persen.

Chad

Chad adalah negara yang kaya minyak. Tetapi, kekayaan itu tidak mampu mengangkat warganya dari garis kemiskinan. Hanya segelintir orang yang dapat menikmati kekayaan minyak di negara itu, sementara mayoritas lainnya tidak memiliki akses ekonomi, dan menjadi petani sederhana. Jumlah petani miskin di Chad diperkirakan mencapai 80 persen dari total populasi. Pada 2011, ekonomi negara itu hanya tumbuh 1,6 persen, dengan tingkat inflasi sedikit lebih tinggi, yaitu 1,8 persen.

Malawi

Seperti umumnya negara terbelakang dan berkembang, Malawi menghadapi masalah klasik, yakni kesulitan mengerem laju penduduk yang terus tumbuh. Jumlah populasi di Malawi semakin padat, sementara kebutuhan ekonomi semakin sulit didapat. Akibatnya, Malawi tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup warganya secara layak. Tingkat ekonominya memang tumbuh hingga 5,5 persen dengan mengandalkan belanja warganya yang banyak, tapi tingkat inflasinya juga sangat tinggi hingga mencapai 11 persen.

Hmm… ada yang mau menambahkan?

Related

Fakta & Statistik 7458202537087438337

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item