Negara-negara Paling Menakutkan di Dunia
https://www.belajarsampaimati.com/2014/05/negara-negara-paling-menakutkan-di-dunia.html
Ilustrasi/cnnindonesia.com |
Brazil tidak hanya terkenal dalam hal sepakbola, tapi juga dalam kasus penculikan. Afrika Selatan tidak hanya terkenal sebagai tempat intan berlian, tapi juga menjadi wilayah pembunuhan dan perkosaan. Irak tidak hanya terkenal sebagai negara dengan sumber minyak yang kaya, tetapi juga tempat pusaran kebingungan dan putus asa.
Beberapa negara itu telah dianggap sebagai negara-negara paling menakutkan di dunia, akibat kekacauan dan tingkat kejahatannya yang sangat tinggi—penjambretan, perampokan, penculikan, perkosaan, pembunuhan, hingga kekacaaun perang dan ancaman virus mematikan. Berikut ini negara-negara yang dianggap sebagai tempat yang sebaiknya tidak dikunjungi, karena sangat mengerikan.
Rusia
Sangat mengejutkan bahwa di Rusia ada lebih banyak penjahat daripada polisi, lebih banyak gangster daripada aparat keamanan. Secara rata-rata, 18 orang terbunuh setiap menit, atau 84 kasus pembunuhan dalam sehari di negara berpenduduk 143 juta jiwa ini.
Pusat kriminalitas Rusia berada di Chechnya, wilayah Rusia yang berada di sebelah utara Georgia. Di sana, komplek pelacuran, perdagangan narkoba, hingga rumah makan bawah tanah dikuasai oleh orang Chechnya.
Wisatawan yang ingin ke Rusia mungkin perlu berpikir kembali. Tindak kejahatan yang terjadi di Rusia tidak hanya sekadar pencopetan atau penjambretan dan penyerangan fisik, tapi juga penculikan dengan permintaan tebusan. Orang asing lebih sering diculik di sana, karena nilai tebusan yang lebih tinggi.
Brazil
Brazil tidak hanya terkenal dengan permainan sepakbolanya, tapi juga dengan tingkat kejahatannya. Negara ini terus mengalami peningkatan ekonomi, tapi bukan berarti kemakmuran menjadi milik semua orang. Kesenjangan sosial terus meningkat di Brazil, dan itu memicu berbagai tindak kejahatan—dari pencurian sampai perampokan—terhadap penduduk pribumi atau pun pada orang asing yang datang sebagai wisatawan.
Tindak kejahatan paling tinggi terjadi di Rio de Janeiro dan Sao Paolo. Para penjahat sewaktu-waktu bisa memecahkan botol tiba-tiba, dan menggunakannya untuk menusuk korban yang diincar. Tidak jarang terdapat korban-korban kejahatan ditinggalkan tergeletak di pinggir jalan, terluka, berdarah, dan menjadi pemandangan sehari-hari di sana.
Di antara kejahatan yang sering terjadi di Brazil, khususnya di kota-kota besarnya, adalah penculikan. Mereka menculik seseorang yang ditemukan di jalan, dan memaksa si korban menguras uangnya di ATM jika ingin dibebaskan. Jika si korban tidak bisa membayar karena tidak ada uang di ATM, si korban akan diminta menelepon orangtua atau keluarga di rumah untuk “menebus” mereka.
Tidak hanya terhadap masyarakat umum para penjahat melakukan aksi kejahatan mereka. Bahkan polisi serta lembaga keamanan di sana pun tidak luput dari ancaman. Kelompok-kelompok penjahat terorganisir sering menyerang para aparat yang tidak mempan disuap, kerusuhan sering terjadi di penjara, sementara obat-obatan terlarang dan berbagai tindak kejahatan menghantui masyarakat.
Afrika Selatan
Yang paling mengerikan dari Afrika Selatan adalah tingginya kasus perkosaan yang terjadi di sana, hingga negara itu disebut sebagai “Ibukota Pemerkosaan Dunia”. Pada 2004, kasus perkosaan di Afrika Selatan cenderung turun, hingga angkanya “cuma” 113.700 kasus. Baru saja pemerintah di sana menarik napas lega dan berharap angka itu akan terus turun, ternyata angkanya naik lagi pada 2005, menjadi 118.300 kasus.
Selain perkosaan, kasus kejahatan lain yang menghantui Afrika Selatan adalah pembunuhan. Negara itu telah lama menjadi salah satu “peserta” dalam daftar lima teratas negara yang tingkat kasus pembunuhannya paling tinggi di dunia.
Berdasarkan catatan, kebanyakan tindak kejahatan terjadi di daerah-daerah berpenduduk miskin. Di Afrika Selatan, bertani sudah menjadi salah satu profesi paling berbahaya di dunia. Tingkat pembunuhan terhadap para petani mencapai 313.000, atau sekitar 8 kali rata-rata laju pembunuhan nasional.
Selain kasus-kasus menakutkan di atas, ada lagi yang tak kalah menakutkan di Afrika Selatan, yakni virus HIV. Di mana pun, melakukan hubungan seks di Afrika Selatan bisa sangat berbahaya akibat tingginya pengidap virus itu di sana. Lebih dari sepuluh juta orang Afrika Selatan mengidap virus mematikan itu.
Burundi
Burundi adalah negara kecil, miskin, tapi memiliki masalah yang sangat besar. Penduduk negara itu sangat padat, sementara perang saudara antara suku Hutus dan suku Tutsis mencerai-beraikan bangsa itu antara tahun 1993 sampai 2006. Genjatan senjata telah dilakukan, tapi bukan berarti perang telah benar-benar selesai. Akibatnya, suplai makanan dan kebutuhan di mana pun sangat terbatas, karena roda ekonomi tidak berjalan dengan lancar.
Karena keadaan yang sangat menekan, masyarakat Burundi pun mudah emosional. Masalah sedikit bisa langsung membuat mereka meledak, hingga pembunuhan dan kekacauan massal nyaris terus terjadi di mana-mana, bersaing dengan kelaparan, kemiskinan, dan berbagai masalah yang membelit negara itu. Pemimpin di sana bisa mati terbunuh sewaktu-waktu, digantikan pemimpin lain yang bisa jadi mengalami nasib sama.
Karena tingginya tingkat pengangguran, orang-orang yang tidak bekerja pun kerap melakukan kejahatan dengan cara berkelompok. Mereka menjambret, merampok, atau membajak mobil. Wisatawan yang nekat datang ke sana perlu berhati-hati dengan anak-anak, karena selalu ada kemungkinan anak-anak berwajah lugu itu menyimpan senjata yang juga ditujukan untuk kejahatan.
Para wisatawan di negara itu bahkan diimbau agar tidak sembarangan menghentikan mobil untuk membeli cenderamata atau semacamnya, karena kejahatan selalu bisa terjadi dimana pun. Selain itu, jika seorang wisatawan telanjur menjadi korban kejahatan dan terluka, kebanyakan klinik dan rumah sakit di sana tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk membantu.
Afghanistan
Selama ratusan tahun, Afghanistan menjadi wilayah di dunia yang paling diperebutkan banyak pihak. Padahal negara itu termasuk miskin, sulit berkembang, dan kondisi ekonomi serta politiknya tidak stabil.
Ketika Uni Soviet menginvasi Afghanistan, Pasukan Merah Rusia menanam lebih dari 12 juta ranjau darat di sana. Ratusan orang tewas, tercabik-cabik, dan lumpuh akibat ledakan ranjau yang dipasang. Setelah Uni Soviet pergi, datang Taliban. Dengan kekuasaannya, Taliban mengekang kebebasan rakyat Afghanistan, dan melarang para wanita bekerja di kantor atau universitas.
Pada 2001, Amerika Serikat menggulingkan Taliban. Tapi masalah di Afghanistan bisa dibilang tak pernah selesai. Berbagai kejahatan, persaingan suku, dan penggunaan obat-obatan terlarang yang marak, serta aneka kekerasan yang terjadi menyebabkan negara itu tidak pernah stabil. Sementara itu, ledakan bom melalui bom bunuh diri nyaris mengancam terus-menerus, dan bisa terjadi di mana saja, sehingga bisa dibilang tak seorang pun aman di sana.
Somalia
Somalia adalah contoh bagus untuk sebuah negara yang pemerintahannya gagal akibat anarki, korupsi, kurangnya sumber daya, dan kelaparan. Begitu banyaknya masalah yang terjadi di Somalia, berikut tingkat kejahatannya yang tinggi, para turis atau wisatawan dari luar negeri pun diimbau untuk tidak memasuki negara ini.
Di Somalia, kejahatan semacam perampokan dan pembunuhan tidak hanya terjadi di darat, tapi juga di laut atau di perairan. Bajak laut di sana mengawasi perairan dengan senjata AK-47, dan akan menyerang siapa pun yang terlihat. Mereka merampas barang-barang, serta menahan para korbannya untuk meminta tebusan.
Seiring dengan itu, perkelahian antar suku telah meminta ribuan jiwa di utara Somalia, sementara di bagian ibukota para pemimpin suku melakukan peperangan untuk merebut Mogadishu. Pada akhir 2006, Etiopia pernah menyerang tentara Somalia, menyebabkan ratusan korban tewas, dan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
Sudan
Sudan telah menjadi simbol untuk kematian, perusakan, sekaligus keputusasaan. Terorisme adalah masalah utama bangsa ini, yang sudah dikuasai rezim militer sejak kemerdekaannya. Ledakan bom mobil nyaris terjadi setiap hari, beriringan dengan pembantaian massal yang bisa terjadi dimana saja.
Tingkat kekerasan paling tinggi terjadi di wilayah Darfur, antara milisi pendukung pemerintah bersama tentara, yang melawan kelompok-kelompok pemberontak lokal. Sudan juga telah menimbulkan perang terbuka dengan Chad, akibat konflik yang terjadi di Darfur. Sejak 2003, sebanyak 230.000 orang pengungsi Sudan telah melarikan diri ke Chad timur dari wilayah Darfur. Sementara lebih dari dua juta orang tewas dalam dua perang saudara yang terjadi selama 50 tahun terakhir.
Dengan kondisi gurunnya yang suram, Sudan adalah salah satu tempat yang paling buruk sekaligus menakutkan di planet ini.
Kolombia
Yang segera muncul dalam bayangan kita ketika mendengar Kolombia adalah kokain. Kenyataannya, Kolombia memang pemasok 75 persen persediaan kokain dunia. Tapi hal mengerikan di Kolombia bukan hanya banyaknya sindikat obat-obatan terlarang. Penculikan dan pembunuhan juga menjadi monster yang meneror negara itu.
Berdasarkan catatan, pada tahun 1998 saja terjadi 2.338 kasus penculikan di Kolombia. Dari jumlah itu, sebanyak 138 orang di antaranya dibunuh oleh penculiknya, dengan berbagai alasan. Penculikan telah menjadi masalah utama di sana, yang sama-sama sulit diatasi sebagaimana masalah narkoba.
Selain penculikan, kasus pembunuhan juga sangat tinggi di Kolombia, hingga negara itu dijuluki sebagai “negara pembunuh”. Sebagai ilustrasi, pada 2006 total pembunuhan di sana mencapai 696.800 kasus. Korban-korban yang terbunuh bukan hanya masyarakat biasa, tapi juga para pejabat semacam walikota. Lusinan pejabat di sana bisa dibilang terus terbunuh setiap tahun.
Pada 2005, sebanyak 5 orang misionaris Katolik terbunuh di sana. Angka itu bisa dibilang “lebih baik” dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 9 orang pada tahun 1999. Jika pejabat yang memiliki kekuasaan dan para misionaris yang berniat baik masih terbunuh di sana, kita tentu bisa membayangkan seperti apa nasib rakyat biasa.
Irak
Tidak ada yang aman di Irak—entah penduduk asli, pendatang atau wisatawan, atau siapa pun. Meski terkenal sebagai negara yang kaya minyak, Irak adalah bagian dunia yang hancur hingga identik dengan kekerasan, kebingungan, dan keputusasaan.
Sejak 2003, Amerika Serikat menduduki Irak, dan menyebabkan perang saudara yang meminta korban lebih dari 650.000 jiwa penduduk sipil. Setelah itu siklus kekerasaan terus terjadi di sana dengan melibatkan Al-Qaeda, pemberontak Sunni, angkatan perang keamanan Shiite, pemberontak Kurdish, tentara Amerika, tentara Turki, dan berbagai penjahat kriminal.
Di antara banyak kekacauan itu, berbagai ancaman ranjau yang tertanam di ladang-ladang Irak terus menjadi teror yang bisa membinasakan siapa pun, seiring pesawat pembom bunuh diri yang juga sudah membunuh ratusan orang. Bahkan jika orang masih selamat dari berbagai ancaman dan teror itu, kasus penculikan dan pembunuhan sangat marak di Irak, hingga laporan mengenai kasus itu bisa menyebabkan sakit kepala siapa pun yang mendengarnya, akibat tingginya kasus yang terjadi.
Sejak 2003, sebanyak 2 juta orang Irak telah melarikan diri ke negara tetangga, dan sebanyak 1,9 juta lainnya tetap tinggal di Irak dengan tergusur dari rumah mereka.
Antartika
Bisa dibilang tidak ada perang atau kasus kejahatan di Antartika, namun kondisi alam di tempat itu sangat tidak bersahabat. Antartika adalah tempat untuk beberapa kondisi cuaca ekstrim, dengan suhu yang turun secara teratur di bawah minus 60 derajat Celsius (minus 100 derajat Fahrenheit), dan angin yang bertiup lebih dari 100 kilometer per jam.
Jika kita datang ke sana, dan nekat telanjang selama cuaca ekstrim terjadi, hanya dibutuhkan waktu satu jam untuk mati. Selain itu, Antartika tidak memiliki rumah sakit, tidak ada makanan untuk dimakan, dan siapa pun yang hilang atau tersesat di sana bisa dibilang tak ada banyak harapan. Satu-satunya hal yang masih terdengar “beradab” di Antartika hanyalah kedai McDonalds di Scott Base—itu pun jika kita beruntung menemukannya.
Beberapa negara itu telah dianggap sebagai negara-negara paling menakutkan di dunia, akibat kekacauan dan tingkat kejahatannya yang sangat tinggi—penjambretan, perampokan, penculikan, perkosaan, pembunuhan, hingga kekacaaun perang dan ancaman virus mematikan. Berikut ini negara-negara yang dianggap sebagai tempat yang sebaiknya tidak dikunjungi, karena sangat mengerikan.
Rusia
Sangat mengejutkan bahwa di Rusia ada lebih banyak penjahat daripada polisi, lebih banyak gangster daripada aparat keamanan. Secara rata-rata, 18 orang terbunuh setiap menit, atau 84 kasus pembunuhan dalam sehari di negara berpenduduk 143 juta jiwa ini.
Pusat kriminalitas Rusia berada di Chechnya, wilayah Rusia yang berada di sebelah utara Georgia. Di sana, komplek pelacuran, perdagangan narkoba, hingga rumah makan bawah tanah dikuasai oleh orang Chechnya.
Wisatawan yang ingin ke Rusia mungkin perlu berpikir kembali. Tindak kejahatan yang terjadi di Rusia tidak hanya sekadar pencopetan atau penjambretan dan penyerangan fisik, tapi juga penculikan dengan permintaan tebusan. Orang asing lebih sering diculik di sana, karena nilai tebusan yang lebih tinggi.
Brazil
Brazil tidak hanya terkenal dengan permainan sepakbolanya, tapi juga dengan tingkat kejahatannya. Negara ini terus mengalami peningkatan ekonomi, tapi bukan berarti kemakmuran menjadi milik semua orang. Kesenjangan sosial terus meningkat di Brazil, dan itu memicu berbagai tindak kejahatan—dari pencurian sampai perampokan—terhadap penduduk pribumi atau pun pada orang asing yang datang sebagai wisatawan.
Tindak kejahatan paling tinggi terjadi di Rio de Janeiro dan Sao Paolo. Para penjahat sewaktu-waktu bisa memecahkan botol tiba-tiba, dan menggunakannya untuk menusuk korban yang diincar. Tidak jarang terdapat korban-korban kejahatan ditinggalkan tergeletak di pinggir jalan, terluka, berdarah, dan menjadi pemandangan sehari-hari di sana.
Di antara kejahatan yang sering terjadi di Brazil, khususnya di kota-kota besarnya, adalah penculikan. Mereka menculik seseorang yang ditemukan di jalan, dan memaksa si korban menguras uangnya di ATM jika ingin dibebaskan. Jika si korban tidak bisa membayar karena tidak ada uang di ATM, si korban akan diminta menelepon orangtua atau keluarga di rumah untuk “menebus” mereka.
Tidak hanya terhadap masyarakat umum para penjahat melakukan aksi kejahatan mereka. Bahkan polisi serta lembaga keamanan di sana pun tidak luput dari ancaman. Kelompok-kelompok penjahat terorganisir sering menyerang para aparat yang tidak mempan disuap, kerusuhan sering terjadi di penjara, sementara obat-obatan terlarang dan berbagai tindak kejahatan menghantui masyarakat.
Afrika Selatan
Yang paling mengerikan dari Afrika Selatan adalah tingginya kasus perkosaan yang terjadi di sana, hingga negara itu disebut sebagai “Ibukota Pemerkosaan Dunia”. Pada 2004, kasus perkosaan di Afrika Selatan cenderung turun, hingga angkanya “cuma” 113.700 kasus. Baru saja pemerintah di sana menarik napas lega dan berharap angka itu akan terus turun, ternyata angkanya naik lagi pada 2005, menjadi 118.300 kasus.
Selain perkosaan, kasus kejahatan lain yang menghantui Afrika Selatan adalah pembunuhan. Negara itu telah lama menjadi salah satu “peserta” dalam daftar lima teratas negara yang tingkat kasus pembunuhannya paling tinggi di dunia.
Berdasarkan catatan, kebanyakan tindak kejahatan terjadi di daerah-daerah berpenduduk miskin. Di Afrika Selatan, bertani sudah menjadi salah satu profesi paling berbahaya di dunia. Tingkat pembunuhan terhadap para petani mencapai 313.000, atau sekitar 8 kali rata-rata laju pembunuhan nasional.
Selain kasus-kasus menakutkan di atas, ada lagi yang tak kalah menakutkan di Afrika Selatan, yakni virus HIV. Di mana pun, melakukan hubungan seks di Afrika Selatan bisa sangat berbahaya akibat tingginya pengidap virus itu di sana. Lebih dari sepuluh juta orang Afrika Selatan mengidap virus mematikan itu.
Burundi
Burundi adalah negara kecil, miskin, tapi memiliki masalah yang sangat besar. Penduduk negara itu sangat padat, sementara perang saudara antara suku Hutus dan suku Tutsis mencerai-beraikan bangsa itu antara tahun 1993 sampai 2006. Genjatan senjata telah dilakukan, tapi bukan berarti perang telah benar-benar selesai. Akibatnya, suplai makanan dan kebutuhan di mana pun sangat terbatas, karena roda ekonomi tidak berjalan dengan lancar.
Karena keadaan yang sangat menekan, masyarakat Burundi pun mudah emosional. Masalah sedikit bisa langsung membuat mereka meledak, hingga pembunuhan dan kekacauan massal nyaris terus terjadi di mana-mana, bersaing dengan kelaparan, kemiskinan, dan berbagai masalah yang membelit negara itu. Pemimpin di sana bisa mati terbunuh sewaktu-waktu, digantikan pemimpin lain yang bisa jadi mengalami nasib sama.
Karena tingginya tingkat pengangguran, orang-orang yang tidak bekerja pun kerap melakukan kejahatan dengan cara berkelompok. Mereka menjambret, merampok, atau membajak mobil. Wisatawan yang nekat datang ke sana perlu berhati-hati dengan anak-anak, karena selalu ada kemungkinan anak-anak berwajah lugu itu menyimpan senjata yang juga ditujukan untuk kejahatan.
Para wisatawan di negara itu bahkan diimbau agar tidak sembarangan menghentikan mobil untuk membeli cenderamata atau semacamnya, karena kejahatan selalu bisa terjadi dimana pun. Selain itu, jika seorang wisatawan telanjur menjadi korban kejahatan dan terluka, kebanyakan klinik dan rumah sakit di sana tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk membantu.
Afghanistan
Selama ratusan tahun, Afghanistan menjadi wilayah di dunia yang paling diperebutkan banyak pihak. Padahal negara itu termasuk miskin, sulit berkembang, dan kondisi ekonomi serta politiknya tidak stabil.
Ketika Uni Soviet menginvasi Afghanistan, Pasukan Merah Rusia menanam lebih dari 12 juta ranjau darat di sana. Ratusan orang tewas, tercabik-cabik, dan lumpuh akibat ledakan ranjau yang dipasang. Setelah Uni Soviet pergi, datang Taliban. Dengan kekuasaannya, Taliban mengekang kebebasan rakyat Afghanistan, dan melarang para wanita bekerja di kantor atau universitas.
Pada 2001, Amerika Serikat menggulingkan Taliban. Tapi masalah di Afghanistan bisa dibilang tak pernah selesai. Berbagai kejahatan, persaingan suku, dan penggunaan obat-obatan terlarang yang marak, serta aneka kekerasan yang terjadi menyebabkan negara itu tidak pernah stabil. Sementara itu, ledakan bom melalui bom bunuh diri nyaris mengancam terus-menerus, dan bisa terjadi di mana saja, sehingga bisa dibilang tak seorang pun aman di sana.
Somalia
Somalia adalah contoh bagus untuk sebuah negara yang pemerintahannya gagal akibat anarki, korupsi, kurangnya sumber daya, dan kelaparan. Begitu banyaknya masalah yang terjadi di Somalia, berikut tingkat kejahatannya yang tinggi, para turis atau wisatawan dari luar negeri pun diimbau untuk tidak memasuki negara ini.
Di Somalia, kejahatan semacam perampokan dan pembunuhan tidak hanya terjadi di darat, tapi juga di laut atau di perairan. Bajak laut di sana mengawasi perairan dengan senjata AK-47, dan akan menyerang siapa pun yang terlihat. Mereka merampas barang-barang, serta menahan para korbannya untuk meminta tebusan.
Seiring dengan itu, perkelahian antar suku telah meminta ribuan jiwa di utara Somalia, sementara di bagian ibukota para pemimpin suku melakukan peperangan untuk merebut Mogadishu. Pada akhir 2006, Etiopia pernah menyerang tentara Somalia, menyebabkan ratusan korban tewas, dan ribuan orang kehilangan tempat tinggal.
Sudan
Sudan telah menjadi simbol untuk kematian, perusakan, sekaligus keputusasaan. Terorisme adalah masalah utama bangsa ini, yang sudah dikuasai rezim militer sejak kemerdekaannya. Ledakan bom mobil nyaris terjadi setiap hari, beriringan dengan pembantaian massal yang bisa terjadi dimana saja.
Tingkat kekerasan paling tinggi terjadi di wilayah Darfur, antara milisi pendukung pemerintah bersama tentara, yang melawan kelompok-kelompok pemberontak lokal. Sudan juga telah menimbulkan perang terbuka dengan Chad, akibat konflik yang terjadi di Darfur. Sejak 2003, sebanyak 230.000 orang pengungsi Sudan telah melarikan diri ke Chad timur dari wilayah Darfur. Sementara lebih dari dua juta orang tewas dalam dua perang saudara yang terjadi selama 50 tahun terakhir.
Dengan kondisi gurunnya yang suram, Sudan adalah salah satu tempat yang paling buruk sekaligus menakutkan di planet ini.
Kolombia
Yang segera muncul dalam bayangan kita ketika mendengar Kolombia adalah kokain. Kenyataannya, Kolombia memang pemasok 75 persen persediaan kokain dunia. Tapi hal mengerikan di Kolombia bukan hanya banyaknya sindikat obat-obatan terlarang. Penculikan dan pembunuhan juga menjadi monster yang meneror negara itu.
Berdasarkan catatan, pada tahun 1998 saja terjadi 2.338 kasus penculikan di Kolombia. Dari jumlah itu, sebanyak 138 orang di antaranya dibunuh oleh penculiknya, dengan berbagai alasan. Penculikan telah menjadi masalah utama di sana, yang sama-sama sulit diatasi sebagaimana masalah narkoba.
Selain penculikan, kasus pembunuhan juga sangat tinggi di Kolombia, hingga negara itu dijuluki sebagai “negara pembunuh”. Sebagai ilustrasi, pada 2006 total pembunuhan di sana mencapai 696.800 kasus. Korban-korban yang terbunuh bukan hanya masyarakat biasa, tapi juga para pejabat semacam walikota. Lusinan pejabat di sana bisa dibilang terus terbunuh setiap tahun.
Pada 2005, sebanyak 5 orang misionaris Katolik terbunuh di sana. Angka itu bisa dibilang “lebih baik” dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 9 orang pada tahun 1999. Jika pejabat yang memiliki kekuasaan dan para misionaris yang berniat baik masih terbunuh di sana, kita tentu bisa membayangkan seperti apa nasib rakyat biasa.
Irak
Tidak ada yang aman di Irak—entah penduduk asli, pendatang atau wisatawan, atau siapa pun. Meski terkenal sebagai negara yang kaya minyak, Irak adalah bagian dunia yang hancur hingga identik dengan kekerasan, kebingungan, dan keputusasaan.
Sejak 2003, Amerika Serikat menduduki Irak, dan menyebabkan perang saudara yang meminta korban lebih dari 650.000 jiwa penduduk sipil. Setelah itu siklus kekerasaan terus terjadi di sana dengan melibatkan Al-Qaeda, pemberontak Sunni, angkatan perang keamanan Shiite, pemberontak Kurdish, tentara Amerika, tentara Turki, dan berbagai penjahat kriminal.
Di antara banyak kekacauan itu, berbagai ancaman ranjau yang tertanam di ladang-ladang Irak terus menjadi teror yang bisa membinasakan siapa pun, seiring pesawat pembom bunuh diri yang juga sudah membunuh ratusan orang. Bahkan jika orang masih selamat dari berbagai ancaman dan teror itu, kasus penculikan dan pembunuhan sangat marak di Irak, hingga laporan mengenai kasus itu bisa menyebabkan sakit kepala siapa pun yang mendengarnya, akibat tingginya kasus yang terjadi.
Sejak 2003, sebanyak 2 juta orang Irak telah melarikan diri ke negara tetangga, dan sebanyak 1,9 juta lainnya tetap tinggal di Irak dengan tergusur dari rumah mereka.
Antartika
Bisa dibilang tidak ada perang atau kasus kejahatan di Antartika, namun kondisi alam di tempat itu sangat tidak bersahabat. Antartika adalah tempat untuk beberapa kondisi cuaca ekstrim, dengan suhu yang turun secara teratur di bawah minus 60 derajat Celsius (minus 100 derajat Fahrenheit), dan angin yang bertiup lebih dari 100 kilometer per jam.
Jika kita datang ke sana, dan nekat telanjang selama cuaca ekstrim terjadi, hanya dibutuhkan waktu satu jam untuk mati. Selain itu, Antartika tidak memiliki rumah sakit, tidak ada makanan untuk dimakan, dan siapa pun yang hilang atau tersesat di sana bisa dibilang tak ada banyak harapan. Satu-satunya hal yang masih terdengar “beradab” di Antartika hanyalah kedai McDonalds di Scott Base—itu pun jika kita beruntung menemukannya.
Hmm… ada yang mau menambahkan?