Hubungan Orang Kaya dengan Etika
https://www.belajarsampaimati.com/2014/04/hubungan-orang-kaya-dengan-etika.html
Ilustrasi/alodokter.com |
Etika seseorang umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan kemampuan sosial. Umumnya pula, orang kaya memiliki tingkat pendidikan tinggi serta hubungan sosial yang luas. Artinya, semakin kaya seseorang, maka semakin baik pula tingkat etikanya. Benarkah begitu?
Sayangnya, berdasarkan studi, kenyataannya tidak begitu. Para psikolog di University of California melakukan studi menyangkut topik ini, dan menemukan bahwa orang kaya justru cenderung berperilaku tidak etis. Dalam studi tersebut, mereka melakukan berbagai percobaan dan pemantauan di jalan raya, di kampus, sekolah, dan di berbagai lingkungan sosial lainnya. Hasilnya, sebagaimana yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, inilah yang terjadi.
Dalam berkendara di jalan raya, para peneliti mengamati para sopir yang bersabar di lampu merah menunggu giliran, dan bagaimana sikap mereka kepada pejalan kaki. Hasilnya, mobil-mobil mahal cenderung lebih arogan di jalan. Para pengemudi kendaraan mahal empat kali lebih mungkin memotong kendaraan lain yang statusnya lebih rendah. Selain itu, pengemudi mobil mewah juga tiga kali lebih mungkin mengancam keselamatan pejalan kaki, yaitu dengan mengambil hak jalan di tempat penyeberangan.
Dalam pembagian jatah yang dilakukan di kampus dan sekolah, para peneliti menemukan fakta bahwa mahasiswa kaya cenderung mengakui hak orang lain dibandingkan mahasiswa dari latar belakang kelas menengah atau kelas bawah. Namun, di sekolah, siswa yang merasa kaya mengambil permen lebih banyak dari mereka yang merasa tidak kaya.
Terakhir, dalam hal saling memberi, para peneliti menemukan bahwa orang kaya cenderung curang dan pelit—meski tidak selamanya. Dalam studi itu terungkap bahwa orang kaya lebih mudah berperilaku murah hati, hanya setelah mereka menonton tayangan televisi mengenai kemiskinan.
Berdasarkan temuan-temuan di atas, para peneliti menyatakan, “Kami tidak berpendapat bahwa orang kaya pasti jahat, namun fitur psikologis kekayaan tampaknya memiliki efek alami.”
Hmm… bagaimana menurutmu?
Sayangnya, berdasarkan studi, kenyataannya tidak begitu. Para psikolog di University of California melakukan studi menyangkut topik ini, dan menemukan bahwa orang kaya justru cenderung berperilaku tidak etis. Dalam studi tersebut, mereka melakukan berbagai percobaan dan pemantauan di jalan raya, di kampus, sekolah, dan di berbagai lingkungan sosial lainnya. Hasilnya, sebagaimana yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, inilah yang terjadi.
Dalam berkendara di jalan raya, para peneliti mengamati para sopir yang bersabar di lampu merah menunggu giliran, dan bagaimana sikap mereka kepada pejalan kaki. Hasilnya, mobil-mobil mahal cenderung lebih arogan di jalan. Para pengemudi kendaraan mahal empat kali lebih mungkin memotong kendaraan lain yang statusnya lebih rendah. Selain itu, pengemudi mobil mewah juga tiga kali lebih mungkin mengancam keselamatan pejalan kaki, yaitu dengan mengambil hak jalan di tempat penyeberangan.
Dalam pembagian jatah yang dilakukan di kampus dan sekolah, para peneliti menemukan fakta bahwa mahasiswa kaya cenderung mengakui hak orang lain dibandingkan mahasiswa dari latar belakang kelas menengah atau kelas bawah. Namun, di sekolah, siswa yang merasa kaya mengambil permen lebih banyak dari mereka yang merasa tidak kaya.
Terakhir, dalam hal saling memberi, para peneliti menemukan bahwa orang kaya cenderung curang dan pelit—meski tidak selamanya. Dalam studi itu terungkap bahwa orang kaya lebih mudah berperilaku murah hati, hanya setelah mereka menonton tayangan televisi mengenai kemiskinan.
Berdasarkan temuan-temuan di atas, para peneliti menyatakan, “Kami tidak berpendapat bahwa orang kaya pasti jahat, namun fitur psikologis kekayaan tampaknya memiliki efek alami.”
Hmm… bagaimana menurutmu?