Optimisme Membantu Jantung Lebih Sehat
https://www.belajarsampaimati.com/2014/03/optimisme-membuat-jantung-lebih-sehat.html
Ilustrasi/nsd.co.id |
Optimisme dan pesimisme adalah hal yang bersifat psikologis. Namun, dua perasaan itu ternyata memiliki pengaruh secara biologis. Penelitian yang dilakukan menyangkut hal ini menunjukkan bahwa seseorang yang berjiwa pesimis dapat membinasakan dirinya sendiri, terutama jika ia mengidap penyakit jantung.
Dalam penelitian itu terungkap adanya tingkat kerentanan bagi penyakit jantung yang berakibat pada kematian, terutama ketika terjadi sikap pesimis yang memberi pengaruh pada kondisi kesehaan jantung.
Dr. John Barefoot dari Pusat Medis Universitas Duke of America, menyatakan, “Ini adalah penelitian awal yang menguji seberapa besar pengaruh motivasi terhadap pasien dalam kesembuhan penyakitnya, yang akhirnya mempengaruhi peluang mereka untuk bertahan hidup.”
Penelitian difokuskan pada dampak harapan pasien, terutama yang berhubungan dengan kondisi penyakitnya, kemampuannya untuk melanjutkan hidup secara normal, dan secara khusus yang berkaitan dengan aktivitas dan latihan fisik. Penelitian itu mengungkapkan bahwa pengaruh sikap optimisme seorang pasien pada kesehatan fisiknya sangatlah besar.
Para peneliti dari Duke University of America melakukan penelitian terhadap 2.800 pasien yang menderita sakit arteri koroner—setidaknya setiap mereka menderita penyumbatan pada arteri. Selama penelitian, para pasien diminta mengisi kuesioner untuk mengukur ekspektasi mereka tentang kemampuan untuk pulih dari penyakit, dan pola pemulihan kehidupan normal.
Hasilnya, penelitian itu menemukan 978 pasien meninggal dalam kurun waktu 6-10 tahun sejak dimulainya observasi. Hal itu mengungkapkan bahwa 66 persen penyebab kematian mereka karena penyakit arteri koroner.
Hasil studi itu juga menyebutkan adanya tingkat kematian terhadap pasien yang menunjukkan sikap pesimis terhadap kesehatan mereka, yaitu dua kali lipat dibandingkan pasien yang optimis. Peneliti menganggap suatu hal yang wajar jika terjadi hubungan antara depresi dengan meningkatnya angka kematian pada
seseorang.
Dr. John Barefoot menegaskan, penelitian itu dimaksudkan untuk memberikan pemahaman pada para dokter mengenai pentingnya memberi perhatian khusus terhadap sudut pandang dan pola pikir pasien mengenai penyakitnya, karena hal itu
akan berdampak pada pemulihan.
Pasien yang memiliki harapan positif (optimis) terhadap penyakitnya tidak hanya akan memperbaiki perasaannya, namun juga dapat memberikan harapan untuk hidup lebih lama.
Hmm… bagaimana menurutmu?
Dalam penelitian itu terungkap adanya tingkat kerentanan bagi penyakit jantung yang berakibat pada kematian, terutama ketika terjadi sikap pesimis yang memberi pengaruh pada kondisi kesehaan jantung.
Dr. John Barefoot dari Pusat Medis Universitas Duke of America, menyatakan, “Ini adalah penelitian awal yang menguji seberapa besar pengaruh motivasi terhadap pasien dalam kesembuhan penyakitnya, yang akhirnya mempengaruhi peluang mereka untuk bertahan hidup.”
Penelitian difokuskan pada dampak harapan pasien, terutama yang berhubungan dengan kondisi penyakitnya, kemampuannya untuk melanjutkan hidup secara normal, dan secara khusus yang berkaitan dengan aktivitas dan latihan fisik. Penelitian itu mengungkapkan bahwa pengaruh sikap optimisme seorang pasien pada kesehatan fisiknya sangatlah besar.
Para peneliti dari Duke University of America melakukan penelitian terhadap 2.800 pasien yang menderita sakit arteri koroner—setidaknya setiap mereka menderita penyumbatan pada arteri. Selama penelitian, para pasien diminta mengisi kuesioner untuk mengukur ekspektasi mereka tentang kemampuan untuk pulih dari penyakit, dan pola pemulihan kehidupan normal.
Hasilnya, penelitian itu menemukan 978 pasien meninggal dalam kurun waktu 6-10 tahun sejak dimulainya observasi. Hal itu mengungkapkan bahwa 66 persen penyebab kematian mereka karena penyakit arteri koroner.
Hasil studi itu juga menyebutkan adanya tingkat kematian terhadap pasien yang menunjukkan sikap pesimis terhadap kesehatan mereka, yaitu dua kali lipat dibandingkan pasien yang optimis. Peneliti menganggap suatu hal yang wajar jika terjadi hubungan antara depresi dengan meningkatnya angka kematian pada
seseorang.
Dr. John Barefoot menegaskan, penelitian itu dimaksudkan untuk memberikan pemahaman pada para dokter mengenai pentingnya memberi perhatian khusus terhadap sudut pandang dan pola pikir pasien mengenai penyakitnya, karena hal itu
akan berdampak pada pemulihan.
Pasien yang memiliki harapan positif (optimis) terhadap penyakitnya tidak hanya akan memperbaiki perasaannya, namun juga dapat memberikan harapan untuk hidup lebih lama.
Hmm… bagaimana menurutmu?