Bermain Video Games Membantu Otak Makin Fleksibel
https://www.belajarsampaimati.com/2014/03/bermain-video-games-membantu-otak-makin.html
Ilustrasi/kompas.com |
Selama ini, video games sering dianggap sekadar sarana hiburan atau bermain. Namun ternyata sarana hiburan yang sering dianggap membuang-buang waktu ini juga dipercaya dapat membantu otak pemainnya semakin fleksibel dan meningkatkan daya ingat.
Dr. Brian Glass dari School of Biological and Chemical Sciences, Queen Mary University of London, melakukan penelitian terhadap aktivitas bermain video games, dan ia menyatakan, “Studi sebelumnya menunjukkan video game action dapat mempercepat proses pembuatan keputusan. Studi kami sekarang menemukan game strategi tertentu bisa meningkatkan kemampuan berpikir kita saat sedang sibuk, dan belajar dari kesalahan di masa lalu.”
Penelitian itu dilakukan dengan mengamati 72 wanita yang biasa bermain video game kurang dari dua jam dalam seminggu. Mengapa semua partisipannya wanita? Peneliti mengaku tidak dapat menemukan satu pun penggemar video game pria yang menghabiskan waktu sedikit bermain video game. Rata-rata pria menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain video game.
Dalam penelitian, dua pertiga dari semua partisipan bermain versi dasar atau kompleks dari game strategi real-time bernama Star Craft. Dalam game berkecepatan tinggi itu, pemain diharuskan membuat dan mengatur sekelompok prajurit untuk mengalahkan musuh dalam pertempuran. Sedangkan sepertiga partisipan lainnya memainkan game simulasi kehidupan yang disebut The Sims, yang tidak mengandalkan daya ingat atau kemampuan mengatur taktik dari pemainnya.
Masing-masing partisipan diminta memainkan game-game tersebut selama 40 jam dalam kurun waktu 6-8 minggu, kemudian menjalani sejumlah tes untuk mengecek fleksibilitas kognitif mereka. Fleksibilitas kognitif adalah kemampuan seseorang dalam beradaptasi dan berganti satu aktivitas ke aktivitas lainnya, serta memunculkan sejumlah gagasan sekaligus pada waktu-waktu tertentu untuk memecahkan beberapa masalah.
Hasilnya, partisipan yang bermain video game Star Craft terbukti dapat menyelesaikan tes fleksibilitas kognitif lebih cepat dan lebih akurat, dibanding mereka yang bermain video game The Sims.
Dr. Brian Glass menyatakan, “Dari studi ini terlihat bahwa fleksibilitas kognitif bukanlah karakteristik yang statis, tapi dapat dilatih dan ditingkatkan kemampuannya menggunakan sarana pembelajaran yang menyenangkan, seperti video game.”
Selain itu, Brian Glass juga menemukan bahwa partisipan yang memainkan versi video game paling kompleks menunjukkan performa terbaik dalam psikotes. Ia menuturkan, “Sekarang kami jadi ingin tahu ada apa dengan game ini hingga dapat menyebabkan sejumlah perubahan tersebut, dan apakah kemampuan kognitif itu permanen atau menurun dari waktu ke waktu.”
Bukan tanpa sebab jika Brian Glass menanyakan kedua aspek tersebut. Menurutnya, sekali jawabannya ditemukan, maka para ilmuwan dapat memanfaatkannya untuk mengembangkan intervensi khusus dalam menghadapi gejala-gejala yang berkaitan dengan gangguan ADHD (attention-deficit/hyperactivity disorder) atau korban cedera otak traumatis, misalnya.
Hmm… bagaimana menurutmu?
Dr. Brian Glass dari School of Biological and Chemical Sciences, Queen Mary University of London, melakukan penelitian terhadap aktivitas bermain video games, dan ia menyatakan, “Studi sebelumnya menunjukkan video game action dapat mempercepat proses pembuatan keputusan. Studi kami sekarang menemukan game strategi tertentu bisa meningkatkan kemampuan berpikir kita saat sedang sibuk, dan belajar dari kesalahan di masa lalu.”
Penelitian itu dilakukan dengan mengamati 72 wanita yang biasa bermain video game kurang dari dua jam dalam seminggu. Mengapa semua partisipannya wanita? Peneliti mengaku tidak dapat menemukan satu pun penggemar video game pria yang menghabiskan waktu sedikit bermain video game. Rata-rata pria menghabiskan waktu lebih banyak untuk bermain video game.
Dalam penelitian, dua pertiga dari semua partisipan bermain versi dasar atau kompleks dari game strategi real-time bernama Star Craft. Dalam game berkecepatan tinggi itu, pemain diharuskan membuat dan mengatur sekelompok prajurit untuk mengalahkan musuh dalam pertempuran. Sedangkan sepertiga partisipan lainnya memainkan game simulasi kehidupan yang disebut The Sims, yang tidak mengandalkan daya ingat atau kemampuan mengatur taktik dari pemainnya.
Masing-masing partisipan diminta memainkan game-game tersebut selama 40 jam dalam kurun waktu 6-8 minggu, kemudian menjalani sejumlah tes untuk mengecek fleksibilitas kognitif mereka. Fleksibilitas kognitif adalah kemampuan seseorang dalam beradaptasi dan berganti satu aktivitas ke aktivitas lainnya, serta memunculkan sejumlah gagasan sekaligus pada waktu-waktu tertentu untuk memecahkan beberapa masalah.
Hasilnya, partisipan yang bermain video game Star Craft terbukti dapat menyelesaikan tes fleksibilitas kognitif lebih cepat dan lebih akurat, dibanding mereka yang bermain video game The Sims.
Dr. Brian Glass menyatakan, “Dari studi ini terlihat bahwa fleksibilitas kognitif bukanlah karakteristik yang statis, tapi dapat dilatih dan ditingkatkan kemampuannya menggunakan sarana pembelajaran yang menyenangkan, seperti video game.”
Selain itu, Brian Glass juga menemukan bahwa partisipan yang memainkan versi video game paling kompleks menunjukkan performa terbaik dalam psikotes. Ia menuturkan, “Sekarang kami jadi ingin tahu ada apa dengan game ini hingga dapat menyebabkan sejumlah perubahan tersebut, dan apakah kemampuan kognitif itu permanen atau menurun dari waktu ke waktu.”
Bukan tanpa sebab jika Brian Glass menanyakan kedua aspek tersebut. Menurutnya, sekali jawabannya ditemukan, maka para ilmuwan dapat memanfaatkannya untuk mengembangkan intervensi khusus dalam menghadapi gejala-gejala yang berkaitan dengan gangguan ADHD (attention-deficit/hyperactivity disorder) atau korban cedera otak traumatis, misalnya.
Hmm… bagaimana menurutmu?