Perbedaan Otak serta Cara Berpikir Ekstrover dan Introver
https://www.belajarsampaimati.com/2013/12/perbedaan-otak-ekstrover-dan-introver.html
Ilustrasi/pasberita.com |
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa otak orang introver menunjukkan peningkatan aliran darah di korteks depan dari otak yang berperan dalam memori, perencanaan, memecahkan masalah, dan penelitian yang kompleks.
Hasilnya, seorang introver lebih mampu mendengarkan pikiran-pikirannya sendiri, dan mampu menolak gangguan dari luar dirinya. Otak orang ekstrover berbeda, dan perilaku yang mereka tunjukkan juga berbeda.
Richard Depue bersama timnya dari Cornell University, Amerika, melakukan penelitian mengenai objek ini, dan memperoleh kesimpulan bahwa orang ekstrover menyukai kepuasan instan, sementara orang introver cenderung tidak suka stimulasi yang berlebihan.
Selain itu, orang ekstrover juga cenderung memfokuskan perhatian mereka pada wajah orang lain, sementara orang introver memberi perhatian pada detail-detail yang lebih kecil.
Dalam studi tersebut, peneliti memberikan Ritalin—obat yang diberikan pada pengidap attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)—kepada para partisipan. Obat itu mendorong otak untuk memproduksi dopamin yang menimbulkan rasa gembira.
Kemudian, para partisipan diminta menyaksikan video, sementara para peneliti mempelajari bagaimana tayangan di video mempengaruhi pelepasan dopamin pada otak mereka. Peneliti melakukan itu dengan mempelajari perilaku partisipan, termasuk sikap mereka, dan seberapa cepat mereka menjentikkan jari-jari mereka.
Dari situ, peneliti melihat bahwa pengalaman pada orang ekstrover mempercepat produksi dopamin pada otak, sementara pada orang introver tidak demikian. Sebagai hasilnya, peneliti pun menyimpulkan cara kerja otak orang introver punya perbedaan mendasar dengan orang ekstrover, dan perbedaan itu disebabkan perbedaan cara otak kedua tipe orang itu dalam merespons pengalaman.
“Temuan ini membantu menghubungkan pengobatan kepribadian orang ekstrover pada rangkaian proses tertentu pada sistem syaraf,” ujar Charles Carver, seorang psikolog, mengomentari hasil penelitian tersebut.
Hmm… bagaimana menurutmu?