Mengapa Orang Bisa Mengalami Fobia?
https://www.belajarsampaimati.com/2013/12/mengapa-orang-bisa-mengalami-fobia.html
 |
| Ilustrasi/alodokter.com |
Fobia atau phobia adalah rasa takut yang berlebihan pada suatu hal atau fenomena. Sering kali, rasa takut itu terkesan tidak masuk akal, hingga ketakutan pengidap fobia sulit dimengerti. Dalam hal ini, ada perbedaan sudut pandang antara pengidap fobia dan bukan pengidap fobia.
Pengidap fobia memandang sesuatu (yang membuatnya takut) dengan emosi. Sedang bukan pengidap fobia memandang sesuatu dengan logika. Misalnya, orang yang fobia kecoak akan memandang kecoak sebagai hewan besar menakutkan, menjijikkan, atau bahkan mengerikan. Sementara orang lain yang bukan pengidap fobia akan memandang kecoak sebagai kecoak yang tak perlu ditakuti.
Mengapa orang bisa mengalami fobia? Dalam kondisi normal, setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Namun, ketika seseorang terpapar terus-menerus oleh subjek yang membuatnya takut, maka hal itu berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah keadaan ketika mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan ketidakmampuan orang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Fiksasi juga bisa disebabkan karena suatu keadaan yang sangat ekstrem, semisal trauma bom, terjebak lift, dan sebagainya.
Orang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan menghadapi kesulitan emosi di kemudian hari. Hal itu dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Akibatnya, setiap kali ia berinteraksi dengan sumber rasa takutnya, secara otomatis akan merasa cemas, dan—agar merasa nyaman—ia menggunakan cara yang paling mudah dan cepat, yaitu dengan “mundur kembali” pada keadaan fiksasi. Ketika itu terus terjadi, proses fobia pun dimulai.
Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif itu dapat berkembang terhadap subjek fobia lainnya, dan intensitasnya semakin meningkat. Meski terlihat sepele, pola respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya.
Fobia dapat disebabkan berbagai hal. Umumnya, fobia disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat, atau pengalaman pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah, yang semuanya kemudian ditekan ke dalam bawah sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil juga menjadi salah satu kemungkinan penyebab terjadinya fobia.
Hmm… ada yang mau menambahkan?
Pengidap fobia memandang sesuatu (yang membuatnya takut) dengan emosi. Sedang bukan pengidap fobia memandang sesuatu dengan logika. Misalnya, orang yang fobia kecoak akan memandang kecoak sebagai hewan besar menakutkan, menjijikkan, atau bahkan mengerikan. Sementara orang lain yang bukan pengidap fobia akan memandang kecoak sebagai kecoak yang tak perlu ditakuti.
Mengapa orang bisa mengalami fobia? Dalam kondisi normal, setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Namun, ketika seseorang terpapar terus-menerus oleh subjek yang membuatnya takut, maka hal itu berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah keadaan ketika mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan ketidakmampuan orang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Fiksasi juga bisa disebabkan karena suatu keadaan yang sangat ekstrem, semisal trauma bom, terjebak lift, dan sebagainya.
Orang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan menghadapi kesulitan emosi di kemudian hari. Hal itu dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Akibatnya, setiap kali ia berinteraksi dengan sumber rasa takutnya, secara otomatis akan merasa cemas, dan—agar merasa nyaman—ia menggunakan cara yang paling mudah dan cepat, yaitu dengan “mundur kembali” pada keadaan fiksasi. Ketika itu terus terjadi, proses fobia pun dimulai.
Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif itu dapat berkembang terhadap subjek fobia lainnya, dan intensitasnya semakin meningkat. Meski terlihat sepele, pola respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya.
Fobia dapat disebabkan berbagai hal. Umumnya, fobia disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat, atau pengalaman pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah, yang semuanya kemudian ditekan ke dalam bawah sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil juga menjadi salah satu kemungkinan penyebab terjadinya fobia.
Hmm… ada yang mau menambahkan?
