Dapur dan Rumah Lebih Berbahaya dari Jalan Raya
https://www.belajarsampaimati.com/2013/11/dapur-dan-rumah-lebih-berbahaya-dari.html
Ilustrasi/rumah123.com |
Banyak orang mengalami kecelakaan di jalan raya, yang berakibat masuk rumah sakit atau bahkan sampai meninggal dunia. Karena tingginya angka kecelakaan itu pula yang kemudian menjadikan banyak orang menganggap jalan raya adalah tempat berbahaya, dan di dalam rumah relatif aman. Namun, berdasarkan penelitian, dapur dan rumah kita justru lebih berbahaya dibanding jalan raya.
Bekerja di depan kompor dalam dapur yang pengap, misalnya, bisa membuat kita terpapar polutan beracun yang kadarnya lebih tinggi dibanding udara berasap di jalan raya. Selain itu, polusi udara di dalam ruangan juga diketahui tiga kali lipat lebih berbahaya dari kemacetan lalu lintas, dan semakin buruk dengan adanya pengharum ruangan dan produk kebersihan yang kuat.
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Sheffield University itu membandingkan tiga jenis rumah untuk meneliti risiko polusi di dalam ruangan. Yang pertama adalah rumah yang dibangun dari batu dan menggunakan tungku elektrik, di wilayah pedesaan. Sedang dua rumah lainnya adalah flat yang memiliki kompor gas—satu rumah berada di pusat kota, dan satunya lagi di atas sebuah toko dekat jalan raya yang sibuk.
Dalam penelitian, mereka mengambil contoh udara dari luar dan dari dalam rumah selama periode empat minggu. Hasilnya, rumah yang berada di pedesaan mengandung karbon monoksida beracun yang sedikit sekali di dalam dapurnya, sedangkan di dua unit flat yang lain terdapat kandungan yang lebih tinggi saat kompor-kompor dinyalakan. Selain itu, kompor gas juga merupakan sumber nitrogen dioksida yang signifikan. Di dalam flat di pusat kota, jumlahnya tiga kali lebih tinggi dibanding yang di luar bangunan.
Penelitian itu difokuskan pada polusi yang berisiko terbesar pada orang lanjut usia dan orang yang mengalami masalah pernapasan dan jantung, termasuk senyawa yang mudah menguap dan partikel solid yang cukup kecil untuk menembus paru-paru. Profesor Vida Sharifi, ketua tim peneliti, menyatakan, “Kita menggunakan 90 persen waktu kita di dalam rumah dan bekerja keras untuk membuat rumah hangat, aman, dan nyaman, tetapi kita jarang berpikir mengenai kemungkinan polusi yang kita hirup di dalam rumah.”
Ia menambahkan, meskipun penelitian yang dilakukannya dalam skala kecil, namun hal tersebut menggarisbawahi perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui potensi bahaya yang terdapat di dalam rumah, dan gaya hidup terhadap kualitas udara di dalam ruangan.
Yang lebih mengkhawatirkan, penelitian lain juga menemukan fakta bahwa bahan kimia beracun dari furnitur dan karpet bisa menyebabkan darah tercemar. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Environmental Science dan Technology itu juga menunjukkan level kontaminasi udara dari bahan kimia terbanyak berasal dari bangunan baru. Kenyataan itu cukup ironis, karena kebanyakan orang mengira rumah yang baru masih minim kotoran atau polusi.
Karena kenyataan itu pula, diperkirakan ada ratusan ribu orang yang meninggal setiap tahun karena menghirup asap jelaga dari pemanas rumah, serta polusi udara di dalamnya. Bahaya dari kontaminasi darah itu juga menyebabkan gangguan ginjal, imunitas, dan reproduksi.
Lalu bagaimana solusi menghadapi semua masalah tersebut? Sebenarnya solusinya cukup mudah, yakni dengan rutin membuka jendela rumah. Dengan membuka jendela, udara kotor dalam rumah bisa keluar dan digantikan udara bersih dari luar. Seiring dengan itu, udara kotor yang mengontaminasi darah kita juga ikut dibersihkan dengan masuknya udara yang lebih segar ke paru-paru.
Mungkin ada yang beranggapan bahwa udara di luar rumah tidak bersih dibanding udara di dalam rumah atau kantor. Namun, penelitian menunjukkan bahwa justru polusi udara terbanyak saat ini berasal dari dalam ruangan. Apalagi sebagian besar masyarakat perkotaan menghabiskan waktunya di dalam ruangan. Karenanya, membuka jendela rumah atau kantor bisa dibilang keharusan untuk menjaga agar udara di dalam ruangan senantiasa bersih, sekaligus menjaga kesehatan kita lebih baik.
Ingin mendapatkan pengetahuan penting dan menarik lain seputar rumah dan properti? Silakan kunjungi blog.rumah123.com.
Bekerja di depan kompor dalam dapur yang pengap, misalnya, bisa membuat kita terpapar polutan beracun yang kadarnya lebih tinggi dibanding udara berasap di jalan raya. Selain itu, polusi udara di dalam ruangan juga diketahui tiga kali lipat lebih berbahaya dari kemacetan lalu lintas, dan semakin buruk dengan adanya pengharum ruangan dan produk kebersihan yang kuat.
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Sheffield University itu membandingkan tiga jenis rumah untuk meneliti risiko polusi di dalam ruangan. Yang pertama adalah rumah yang dibangun dari batu dan menggunakan tungku elektrik, di wilayah pedesaan. Sedang dua rumah lainnya adalah flat yang memiliki kompor gas—satu rumah berada di pusat kota, dan satunya lagi di atas sebuah toko dekat jalan raya yang sibuk.
Dalam penelitian, mereka mengambil contoh udara dari luar dan dari dalam rumah selama periode empat minggu. Hasilnya, rumah yang berada di pedesaan mengandung karbon monoksida beracun yang sedikit sekali di dalam dapurnya, sedangkan di dua unit flat yang lain terdapat kandungan yang lebih tinggi saat kompor-kompor dinyalakan. Selain itu, kompor gas juga merupakan sumber nitrogen dioksida yang signifikan. Di dalam flat di pusat kota, jumlahnya tiga kali lebih tinggi dibanding yang di luar bangunan.
Penelitian itu difokuskan pada polusi yang berisiko terbesar pada orang lanjut usia dan orang yang mengalami masalah pernapasan dan jantung, termasuk senyawa yang mudah menguap dan partikel solid yang cukup kecil untuk menembus paru-paru. Profesor Vida Sharifi, ketua tim peneliti, menyatakan, “Kita menggunakan 90 persen waktu kita di dalam rumah dan bekerja keras untuk membuat rumah hangat, aman, dan nyaman, tetapi kita jarang berpikir mengenai kemungkinan polusi yang kita hirup di dalam rumah.”
Ia menambahkan, meskipun penelitian yang dilakukannya dalam skala kecil, namun hal tersebut menggarisbawahi perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui potensi bahaya yang terdapat di dalam rumah, dan gaya hidup terhadap kualitas udara di dalam ruangan.
Yang lebih mengkhawatirkan, penelitian lain juga menemukan fakta bahwa bahan kimia beracun dari furnitur dan karpet bisa menyebabkan darah tercemar. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Environmental Science dan Technology itu juga menunjukkan level kontaminasi udara dari bahan kimia terbanyak berasal dari bangunan baru. Kenyataan itu cukup ironis, karena kebanyakan orang mengira rumah yang baru masih minim kotoran atau polusi.
Karena kenyataan itu pula, diperkirakan ada ratusan ribu orang yang meninggal setiap tahun karena menghirup asap jelaga dari pemanas rumah, serta polusi udara di dalamnya. Bahaya dari kontaminasi darah itu juga menyebabkan gangguan ginjal, imunitas, dan reproduksi.
Lalu bagaimana solusi menghadapi semua masalah tersebut? Sebenarnya solusinya cukup mudah, yakni dengan rutin membuka jendela rumah. Dengan membuka jendela, udara kotor dalam rumah bisa keluar dan digantikan udara bersih dari luar. Seiring dengan itu, udara kotor yang mengontaminasi darah kita juga ikut dibersihkan dengan masuknya udara yang lebih segar ke paru-paru.
Mungkin ada yang beranggapan bahwa udara di luar rumah tidak bersih dibanding udara di dalam rumah atau kantor. Namun, penelitian menunjukkan bahwa justru polusi udara terbanyak saat ini berasal dari dalam ruangan. Apalagi sebagian besar masyarakat perkotaan menghabiskan waktunya di dalam ruangan. Karenanya, membuka jendela rumah atau kantor bisa dibilang keharusan untuk menjaga agar udara di dalam ruangan senantiasa bersih, sekaligus menjaga kesehatan kita lebih baik.
Ingin mendapatkan pengetahuan penting dan menarik lain seputar rumah dan properti? Silakan kunjungi blog.rumah123.com.