Tidur Ngorok Ternyata Meningkatkan Risiko Kebutaan

Ilustrasi/cnnindonesia.com
Jika sebelumnya mendengkur atau ngorok telah dikaitkan dengan risiko obesitas, gangguan jantung, dan impotensi, penelitian terbaru mulai melihat tidur ngorok juga berhubungan dengan risiko kebutaan.

Penelitian yang dilakukan di Taiwan menunjukkan bahwa seseorang dengan kondisi sleep apnea—atau sering berhenti napas saat tidur—punya risiko mengalami glaukoma dua kali lebih besar. Gangguan pada tekanan bola mata tersebut bisa memicu kebutaan dalam 5 tahun berikutnya.

Sleep apnea sering dialami orang-orang yang tidurnya ngorok. Henti napas terjadi ketika saluran udara menyempit pada saat berbaring, dan pada saat yang sama saluran tersebut bergetar saat dilewati udara. Karena itulah, orang yang tidurnya ngorok umumnya juga memiliki gangguan sleep apnea.

Penelitian yang dilakukan tersebut tidak menemukan adanya hubungan sebab akibat secara langsung antara ngorok dengan glaukoma, namun berhasil membuktikan adanya keterkaitan.

Dr Andrew Iwach, MD, seorang spesialis glaukoma, juga menganggap keterkaitan tersebut cukup masuk akal. Ia menyatakan, “Saat kita tidak bernapas dengan laju pernapasan normal, kekurangan oksigen akan memicu kerusakan saraf optik, atau memicu ketidaknormalan kadar gas dalam darah. Keduanya bisa memicu glaukoma.”

Umumnya, pemeriksaan glaukoma dilakukan oleh para spesialis mata pada orang-orang di atas usia 40 tahun. Namun, pada orang-orang berkaca mata tebal atau memiliki riwayat penyakit serupa di keluarganya, pemeriksaan bisa dilakukan lebih awal, yakni dari usia 20 tahun.

Tak jauh berbeda dengan penyakit lainnya, glaukoma memiliki kemungkinan sembuh lebih besar jika terdeteksi sejak awal. Sedang untuk mencegah ngorok ataupun sleep apnea yang menyertainya, para ahli menyarankan untuk menjaga berat badan ideal, tidak merokok, dan olahraga teratur.

Hmm… bagaimana menurutmu?

Related

Studi 5296421931761369779

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item