Semakin Gemuk Seseorang, Semakin Kecil Risikonya untuk Bercerai

Ilustrasi/okezone.com
Jika studi yang berhubungan dengan faktor kesehatan sering kali menunjukkan bahwa kegemukan badan berhubungan dengan risiko penyakit, studi yang berhubungan dengan faktor psikologis malah menunjukkan hal sebaliknya. Setidaknya, studi yang digelar oleh Diet Chef menunjukkan hasil mengejutkan dan mungkin aneh ini: Orang-orang yang kelebihan berat badan memiliki risiko lebih kecil untuk bercerai dengan pasangannya.

Dalam penelitian itu terungkap, pasangan dengan berat badan antara 46 hingga 91 kilogram dan dianggap memiliki fisik yang sehat justru berpeluang tiga kali lebih besar untuk mengakhiri pernikahannya (bercerai), dibandingkan dengan pasangan yang berat badannya di atas itu.

Riset yang dipublikasikan dalam situs Mydivorcepapers.com itu juga menemukan, dari 2.708 kasus perceraian, sebanyak 2.054 responden (76 persen) yang mengalaminya memiliki berat badan antara 46-91 kilogram. Sedangkan pada responden dengan berat badan antara 91-113 kilogram tercatat terjadi 493 kasus (18,21 persen), dan hanya 143 kasus perceraian (sekitar lima persen) yang dialami partisipan dengan berat badan di atas 113 kilogram.

Bagaimana bisa kenyataan semacam itu terjadi? Berdasarkan survei, para peneliti menemukan bahwa orang yang bahagia akan cenderung mengonsumsi lebih banyak makanan. Bukti lainnya adalah peneliti juga menemukan 60 persen orang terbukti mengalami penambahan berat badan saat berada dalam hubungan yang bahagia. Bahkan, 62 persen responden mengaku berat badannya naik sampai 6,35 kilogram sejak memiliki pasangan, sedangkan 72 persen responden mengira pasangannya juga mengalami hal yang sama.

Dari survei itu juga terungkap fakta bahwa sebagian besar responden yang mengalami penambahan berat badan sebenarnya hanya karena meniru pola makan pasangannya. Sebanyak 52 persen responden wanita mengaku memiliki porsi makan yang sama besarnya dengan porsi pasangan; dan 56 persen menyatakan sejak menikah mereka jadi makan dengan porsi lebih banyak dari biasanya. Sementara lainnya menyatakan penambahan berat badan terjadi karena penurunan aktivitas fisik pasca menikah.

Sebanyak 30 persen dari responden survei mengatakan, mereka sering diam di rumah dan menonton televisi bersama, sedangkan 20 persen lainnya mengaku makan bersama di luar rumah juga jadi sarana utama untuk memperkuat ikatan. Hal itu berkorelasi dengan kebahagiaan perkawinan, selain juga berhubungan dengan naiknya berat badan.

Yang lebih mengejutkan, penelitian itu juga mengungkapkan bahwa sebanyak 66 persen pasangan merasa sama-sama mengalami penambahan berat badan. Kenyataan itu membuat pernikahan atau memiliki pasangan menjadi penyebab kenaikan berat badan terbesar, mengalahkan comfort eating (kecenderungan untuk menggunakan makanan sebagai penenang setelah mengalami stres), kurangnya olahraga, dan liburan.

Izzy Cameron, Nutrition and Weight Management Specialist dari Diet Chef, yang terlibat dalam penelitian itu, mengungkapkan, “Survei ini mengungkap beberapa fakta menarik dan cukup mengejutkan, melihat bagaimana tingkat kepuasan seseorang ketika berada dalam sebuah hubungan.”

Hmm… bagaimana menurutmu?

Related

Studi 4793235646310835380

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item