Kurang Vitamin D Menimbulkan Gangguan Fisik di Usia Tua

Ilustrasi/klikdokter.com
Vitamin D, dalam bentuk apa pun, adalah suplemen yang kita perlukan untuk mempertahankan kesehatan tulang dan otot. Studi yang dilakukan menyangkut hal ini menemukan bahwa kurangnya asupan vitamin D dapat berujung pada gangguan fisik ketika seseorang menginjak usia senja.

Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism itu mengungkapkan, lansia yang kekurangan vitamin D lebih sering mengalami sedikitnya satu gangguan fungsional, seperti tak bisa berkeliaran di dalam rumah sendirian, dibandingkan orang-orang yang mendapat asupan vitamin D secara memadai.

“Lansia yang memiliki kadar vitamin D rendah lebih cenderung mengalami keterbatasan mobilitas dan penurunan fungsi fisik dari waktu ke waktu,” ujar ketua tim peneliti, Evelien Sohl dari VU University Medical Center. “Selain itu, lansia yang memiliki keterbatasan-keterbatasan ini lebih sering berakhir di panti jompo dan menghadapi risiko kematian yang lebih besar.”

Vitamin D dapat diperoleh dari paparan sinar matahari atau makanan seperti minyak hati ikan, lemak ikan, jamur-jamuran, kuning telur, dan hati. Vitamin ini juga biasa ditambahkan pada susu. Yang mengkhawatirkan, dalam penelitian itu terungkap, 90 persen lansia mengalami kekurangan vitamin D. Padahal vitamin D berfungsi membantu membentuk tulang dan otot, serta mencegah efek penyakit tulang semisal osteoporosis.

Kesimpulan itu diperoleh peneliti setelah mengamati 762 lansia berusia antara 65-88 tahun, dan membandingkannya dengan partisipan dengan usia yang lebih muda (55-65 tahun) sebanyak 597 orang. Setiap partisipan diamati selama enam tahun, sebagai bagian dari Longitudinal Aging Study Amsterdam. Dalam studi itu, peneliti juga menanyakan kemampuan partisipan dalam melakukan aktivitas normal seperti duduk, berdiri setelah duduk, atau berjalan di luaran selama lima menit tanpa berhenti.

Dari tes darah juga terungkap kadar vitamin D masing-masing partisipan, dan—berdasarkan kadar vitamin D dalam tubuhnya—partisipan dibagi menjadi tiga kelompok. Untuk kelompok lansia, partisipan yang dilaporkan memiliki kadar vitamin D terendah berpeluang 1,7 kali lebih sering mengalami keterbatasan minimal satu aktivitas fisik, dibandingkan partisipan yang memiliki kadar vitamin D paling tinggi.

Namun, ketika melihat kelompok partisipan yang lebih muda, mereka yang memiliki kadar vitamin D paling sedikit dua kali lebih sering mengalami kesulitan untuk melakukan sedikitnya satu aktivitas harian, dibandingkan mereka yang memiliki kadar vitamin D paling banyak. Selain itu, gangguan fisik tambahan akan lebih sering terjadi pada tiga tahun kemudian pada kelompok lansia dengan kadar vitamin D terendah, dan enam tahun pada kelompok partisipan yang lebih muda.

Evelien Sohl menyatakan, “Temuan ini mengindikasikan rendahnya kadar vitamin D pada lansia bisa jadi berkontribusi terhadap penurunan kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas harian dan hidup mandiri. Penggunaan suplemen mungkin dapat dipertimbangkan untuk membantu mencegah penurunan tersebut, namun gagasan ini tampaknya perlu dikaji lebih mendalam lagi.”

Terlepas dari studi tersebut, sebenarnya Office of Dietary Supplements, National Institutes of Health, AS, telah lama merekomendasikan agar orang dewasa berusia 51-70 tahun memperoleh asupan vitamin D sebesar 600 IU setiap hari, dan orang dewasa berusia 70 tahun ke atas mendapatkan 800 IU per hari.

Hmm… bagaimana menurutmu?

Related

Studi 4990238630312648987

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item