Bagaimana Pembuatan Sediaan untuk Histologi?
https://www.belajarsampaimati.com/2013/04/bagaimana-pembuatan-sediaan-untuk.html
Ilustrasi/istimewa |
Fiksatif yang paling umum digunakan untuk jaringan hewan (termasuk manusia) adalah formalin (10% formaldehida yang dilarutkan dalam air).
Larutan Bouin juga dapat digunakan sebagai fiksatif alternatif, meski hasilnya tidak sebaik formalin karena akan meninggalkan bekas warna kuning dan artefak. (Artefak adalah benda yang tidak terdapat pada jaringan asli, namun tampak pada hasil akhir sediaan. Artefak terbentuk karena kurang sempurnanya pembuatan sediaan).
Kemudian, sampel jaringan yang telah terfiksasi direndam dalam cairan etanol (alkohol) bertingkat, untuk proses penghilangan air dalam jaringan (dehidrasi). Selanjutnya, sampel dipindahkan ke dalam toluena untuk menghilangkan alkohol (dealkoholisasi). Langkah terakhir yang dilakukan adalah memasukkan sampel jaringan ke dalam parafin panas yang menginfiltrasi jaringan.
Selama proses yang berlangsung selama 12 sampai 16 jam itu, jaringan yang semula lembek akan menjadi keras, sehingga lebih mudah dipotong menggunakan mikrotom. Pemotongan dengan mikrotom akan menghasilkan lapisan dengan ketebalan 5 mikrometer. Lapisan itu kemudian diletakkan di atas kaca objek untuk diwarnai.
Pewarnaan perlu dilakukan, karena objek dengan ketebalan 5 mikrometer akan terlihat transparan meski di bawah mikroskop. Pewarna yang biasa digunakan adalah hematoxylin dan eosin.
Hematoxylin akan memberi warna biru pada nukleus, sedang eosin memberi warna merah muda pada sitoplasma. Masih terdapat berbagai zat warna lain yang biasa digunakan dalam mikroteknik, tergantung pada jaringan yang ingin diamati. Ilmu yang mempelajari pewarnaan jaringan disebut histokimia.
Hmm… ada yang mau menambahkan?