Mengapa Orang Menaburkan Garam atau Pasir pada Timbunan Es di Jalan?
https://www.belajarsampaimati.com/2013/03/mengapa-orang-menaburkan-garam-atau.html
Ilustrasi.okezone.com |
Negeri-negeri yang mendapatkan musim salju biasanya menghadapi masalah timbunan es di jalan-jalan, sehingga sukar dilalui kendaraan. Untuk mengatasi masalah itu, sebagian orang menaburkan garam atau pasir pada timbunan es atau salju tersebut.
Gabriel Daniel Fahrenheit, yang menciptakan skala temperatur Fahrenheit, menemukan bahwa garam yang dicampurkan ke es (pada temperatur sedikit di bawah titik beku) memungkinkan titik beku lebih rendah dibanding ketika es hanya terdiri atas air. Karenanya, garam dapat menyebabkan salju dan es meleleh. Ketika hujan salju membentuk es yang menutupi jalan, orang-orang menaburkan garam pada es itu agar meleleh, dan jalan bisa dilalui kendaraan. Garam memiliki efektivitas yang baik dalam mencegah pembentukan es.
Namun, yang jadi masalah, penggunaan garam tidak bisa dianggap seratus persen aman, khususnya dalam pertimbangan ekologi. Garam merangsang korosi pada kendaraan, beton jalan, jembatan, dan baja tak terlindung pada bangunan-bangunan sekitar. Garam juga berbahaya bagi bermacam-macam tumbuhan. Karenanya, meski efektif mengatasi timbunan es, garam dianggap tidak aman untuk jangka panjang. Selain itu, garam juga hanya cocok digunakan untuk jalanan yang dilewati banyak kendaraan. Tanpa lalu lintas yang cukup untuk merangsang percampuran antara garam dengan es, batuan es masih dapat terbentuk.
Karenanya, orang-orang kemudian menggunakan pasir untuk menggantikan garam, akibat pertimbangan di atas. Berbeda dengan garam, pasir tidak mampu melelehkan salju atau es. Namun, meski begitu, pasir menghasilkan traksi untuk ban kendaraan atau sol sepatu pejalan kaki. Hal itu tidak bisa diberikan oleh garam. Karenanya pula, meski tidak melelehkan es, penggunaan atau penaburan pasir di atas es cukup membantu lalu lintas—baik kendaraan maupun para pejalan kaki.
Selain itu, pasir juga dianggap lebih ramah lingkungan, tidak berbahaya bagi kendaraan, tumbuhan, atau jalanan itu sendiri. Karena tidak menimbulkan ancaman kerusakan jangka panjang sebagaimana garam, banyak negara yang mendukung penggunaan pasir dalam upaya mengatasi timbunan es atau salju, dan melarang penggunaan garam untuk tujuan serupa.
Hmm… ada yang mau menambahkan?
Gabriel Daniel Fahrenheit, yang menciptakan skala temperatur Fahrenheit, menemukan bahwa garam yang dicampurkan ke es (pada temperatur sedikit di bawah titik beku) memungkinkan titik beku lebih rendah dibanding ketika es hanya terdiri atas air. Karenanya, garam dapat menyebabkan salju dan es meleleh. Ketika hujan salju membentuk es yang menutupi jalan, orang-orang menaburkan garam pada es itu agar meleleh, dan jalan bisa dilalui kendaraan. Garam memiliki efektivitas yang baik dalam mencegah pembentukan es.
Namun, yang jadi masalah, penggunaan garam tidak bisa dianggap seratus persen aman, khususnya dalam pertimbangan ekologi. Garam merangsang korosi pada kendaraan, beton jalan, jembatan, dan baja tak terlindung pada bangunan-bangunan sekitar. Garam juga berbahaya bagi bermacam-macam tumbuhan. Karenanya, meski efektif mengatasi timbunan es, garam dianggap tidak aman untuk jangka panjang. Selain itu, garam juga hanya cocok digunakan untuk jalanan yang dilewati banyak kendaraan. Tanpa lalu lintas yang cukup untuk merangsang percampuran antara garam dengan es, batuan es masih dapat terbentuk.
Karenanya, orang-orang kemudian menggunakan pasir untuk menggantikan garam, akibat pertimbangan di atas. Berbeda dengan garam, pasir tidak mampu melelehkan salju atau es. Namun, meski begitu, pasir menghasilkan traksi untuk ban kendaraan atau sol sepatu pejalan kaki. Hal itu tidak bisa diberikan oleh garam. Karenanya pula, meski tidak melelehkan es, penggunaan atau penaburan pasir di atas es cukup membantu lalu lintas—baik kendaraan maupun para pejalan kaki.
Selain itu, pasir juga dianggap lebih ramah lingkungan, tidak berbahaya bagi kendaraan, tumbuhan, atau jalanan itu sendiri. Karena tidak menimbulkan ancaman kerusakan jangka panjang sebagaimana garam, banyak negara yang mendukung penggunaan pasir dalam upaya mengatasi timbunan es atau salju, dan melarang penggunaan garam untuk tujuan serupa.
Hmm… ada yang mau menambahkan?