Mengapa Penggunaan Sumpit Bambu Berbahaya?
https://www.belajarsampaimati.com/2012/12/mengapa-penggunaan-sumpit-bambu.html
Ilustrasi/diadona.id |
Di beberapa negara produsen sumpit, semisal di Vietnam, produksi sumpit merupakan industri rumah tangga, yang dibuat secara manual. Setelah bambu dipotong untuk dibuat sumpit, bambu-bambu itu “diputihkan” menggunakan sulfur dan hidrogen peroxida (tanpa disinfektan atau sterilisasi). Setelah dikeringkan seadanya, sumpit-sumpit itu kemudian dikemas dan diekspor.
Dalam proses ekspor, pengiriman barang dilakukan dengan kapal laut, karena transportasi lewat pesawat udara lebih mahal. Perjalanan itu tentu membutuhkan waktu lama, dan sumpit yang telah dikemas sekadarnya itu kemungkinan besar terkontaminasi oleh kotoran hewan-hewan yang biasa ada di atas kapal, semisal kecoak atau tikus. Ulat-ulat juga bisa membuat lubang pada sumpit-sumpit bambu itu untuk kemudian bertelur.
Di negara tujuan, sumpit-sumpit itu kemudian didistribusikan ke restoran atau tempat-tempat makan. Restoran-restoran itu tentu membersihkan sumpit-sumpit tersebut, tetapi tentu pula hanya sekadarnya. Karena itu, sisa-sisa cairan pemutih pada sumpit—sulfur, hidrogen peroxida—juga kotoran hewan dan telur ulat yang terdapat pada sumpit bisa saja masih ada.
Sebagai ilustrasi mengenai bahaya sumpit bambu, kita bisa melihat percobaan ini. Jika kita rendam sumpit bambu ke dalam air selama satu minggu, air rendamannya akan mengeluarkan bau tidak sedap. Jika kita gunakan air tersebut untuk menyiram tumbuhan kacang polong, tumbuhan itu akan layu dan kemudian mati. Dan jika kita bakar sumpit bambu, asap pembakarannya akan bersifat asam.
Kemudian, proses pembuatan sumpit bambu membutuhkan banyak pohon. Sebuah pohon berusia 20 tahun dapat menghasilkan 3.000-4.000 pasang sumpit. Taiwan, misalnya, menggunakan sumpit sebanyak 100 triliun pasang setiap tahun.
Artinya, 29 juta pohon hilang setiap tahun untuk kebutuhan sumpit. Melihat kenyataan itu, tentu tidak menutup kemungkinan adanya orang-orang yang mendaur ulang sumpit bekas dengan cara pembersihan menggunakan sulfur dan hidrogen peroxida untuk dijual kembali.
Karena hal-hal di atas itulah kemudian penggunaan sumpit berbahan kayu dianggap berbahaya. Karena itu pula, kita bersyukur saat ini sudah banyak sumpit yang menggunakan bahan plastik yang tentunya lebih higienis dibanding sumpit kayu.
Hmm… ada yang mau menambahkan?
Karena hal-hal di atas itulah kemudian penggunaan sumpit berbahan kayu dianggap berbahaya. Karena itu pula, kita bersyukur saat ini sudah banyak sumpit yang menggunakan bahan plastik yang tentunya lebih higienis dibanding sumpit kayu.
Hmm… ada yang mau menambahkan?