Siapa Pencipta Istilah “Bandung Lautan Api”?

Ilustrasi/wjtoday.com

“Bandung Lautan Api” adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di Bandung, Jawa Barat, pada 24 Maret 1946, ketika 200.000-an penduduk Bandung membakar rumah mereka, dan meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung.

Berdasarkan sejarah, hal itu dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer mereka dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Nah, siapakah pencipta atau penemu istilah “Bandung Lautan Api”?

Coba lihat kisah berikut ini, dan tentukan sendiri siapa pencipta atau penemu istilah tersebut.

Setelah mengadakan perundingan dengan Sutan Sjahrir di Jakarta, Jenderal A.H Nasution (Jenderal TRI waktu itu) kembali ke Bandung dan mengadakan pertemuan untuk memutuskan strategi yang akan dilakukan terhadap kota Bandung (yang akan diduduki tentara Sekutu dan NICA).

Inilah yang diceritakan A.H. Nasution ketika menceritakan kisah itu, saat diwawancarai pada 1 Mei 1997, “Jadi, saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir. Di dalam pembicaraan di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang. Nah, di situ timbul pendapat dari Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia berpendapat, ‘Mari kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api.’ Yang dia sebut lautan api, tetapi sebenarnya lautan air.”

Ketika peristiwa kebakaran besar di Bandung itu terjadi, seorang wartawan bernama Atje Bastaman meliput peristiwa itu, untuk ia tulis di korannya, Suara Merdeka. Pada waktu itu, Atje Bastaman menyaksikan pemandangan Bandung yang sedang terbakar dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari puncak itu pula dia melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai Cimindi.

Setelah kembali ke Tasikmalaya, Atje Bastaman segera menulis berita tersebut, dan memberi judul, “Bandoeng Djadi Laoetan Api”. Tetapi, karena kurangnya ruang untuk tulisan judulnya, maka judul berita itu diperpendek menjadi “Bandoeng Laoetan Api”. Istilah itu muncul pertama kali di harian Suara Merdeka, tanggal 26 Maret 1946.

Jadi, siapa penemu atau pencipta istilah tersebut...?