Siapakah Abdurrahman Wahid?

Siapakah Abdurrahman Wahid? Belajar Sampai Mati, belajarsampaimati.com, hoeda manis
Ilustrasi/istimewa
Kiai Haji Abdurrahman Wahid, atau yang akrab dipanggil Gus Dur, lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 7 September 1940. Ia adalah tokoh muslim Indonesia yang menjadi presiden Indonesia ke-4, dari tahun 1999 hingga 2001, sekaligus cucu KH. Hasyim Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi muslim terbesar di Indonesia, yang kelak juga dipimpinnya.

Gus Dur mendapatkan pendidikan di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir, setelah mendapatkan beasiswa dari Kementerian Agama pada November 1963. Di sana ia aktif dalam Asosiasi Pelajar Indonesia, dan menjadi jurnalis majalah asosiasi tersebut.

Setelah dari Mesir, Gus Dur melanjutkan pendidikannya di Universitas Baghdad, juga melalui beasiswa, dan selesai pada tahun 1970. Setelah itu, ia belajar ke Belanda, kemudian ke Jerman dan Prancis, lalu pulang ke Indonesia.

Di Indonesia, Gus Dur bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), sebuah organisasi kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat. Organisasi tersebut mendirikan majalah bernama “Prisma”, dan Gus Dur menjadi salah satu kontributor utamanya.

Karirnya sebagai jurnalis kemudian berkembang, dan ia menulis di berbagai majalah hingga membangun reputasi sebagai komentator sosial yang sering diundang dalam berbagai seminar.

Pada tahun 1974, Gus Dur mendapat pekerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di Pesantren Tambakberas, dan segera mengembangkan reputasi yang baik. Tiga tahun kemudian, pada 1977, ia menjadi dekan di Universitas Hasyim Asyari.

Tidak lama setelah itu, Gus Dur bergabung dengan organisasi NU, dan dari sana ia lalu terjun ke politik. Ketika presiden Soeharto turun dari jabatannya, dan partai-partai baru di Indonesia lahir, NU mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa yang lalu mencalonkan Gus Dur sebagai presiden.

Gus Dur terpilih menjadi presiden Indonesia pada 20 Oktober 1999, dalam sebuah pemilihan yang dilakukan oleh MPR, dan mendapatkan 373 suara—mengalahkan Megawati yang hanya mendapat 313 suara.

Sepanjang hidupnya, Gus Dur telah banyak mendapatkan berbagai macam penghargaan, dari dalam maupun luar negeri. Beberapa di antaranya adalah Ramon Magsaysay Award pada 1993, penghargaan dari Simon Wiesenthal Center karena kepeduliannya terhadap persoalan HAM, penghargaan dari Mebal Valor di Los Angeles karena pembelaannya terhadap kaum minoritas, sementara Universitas Temple mengabadikan namanya sebagai nama kelompok studi “Abdurrahman Wahid Chair of Islamic Study”.

Selain itu, Gus Dur juga mendapatkan banyak gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa), beberapa di antaranya adalah dari Universitas Thammasat, Bangkok, Thailand; Universitas Pantheon Sorbonne, Paris, Prancis; Universitas Twente, Belanda; Universitas Jawaharlal Nehru, India; Universitas Soka Gakkai, Tokyo, Jepang; dan dari Universitas Sun Moon, Seoul, Korea Selatan.

Ia meninggal di Jakarta, pada 30 Desember 2009, dalam usia 69 tahun. Rakyat Indonesia mengenangnya sebagai “Guru Bangsa”.

Hmm… ada yang mau menambahkan?

Related

Tokoh 6017288117695605543

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item