Siapakah Bung Hatta?

Siapakah Bung Hatta? Belajar Sampai Mati, belajarsampaimati.com, hoeda manis
Ilustrasi/istimewa
Lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902, Drs. H. Mohammad Hatta—atau yang populer disapa Bung Hatta—adalah pejuang, negarawan, juga wakil presiden Indonesia yang pertama, selain juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Sebuah bandar udara internasional di Jakarta juga dinamai dengan namanya, sebagai penghormatan terhadap jasa salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia.

Hatta lahir dari keluarga ulama Minangkabau, Sumatera Barat. Sejak bersekolah di MULO di kota Padang, ia telah tertarik pada pergerakan. Memasuki tahun 1916, ketika perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, dan Jong Ambon mulai bermunculan, Hatta bergabung dengan perkumpulan Jong Sumatranen Bond.

Pada tahun 1921, Bung Hatta pergi ke Rotterdam, Belanda, untuk belajar ilmu perdagangan/bisnis di Nederland Handelshogeschool (kini Universitas Erasmus). Di sana ia juga bergabung menjadi anggota Indische Vereniging, yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereniging.

Perkumpulan yang menolak bekerjasama dengan Belanda itu kemudian berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). PI menerbitkan majalah bernama “Hindia Poetra”, dan pada 1924 majalah itu berganti nama menjadi “Indonesia Merdeka”.

Pada Juli 1932, Hatta menyelesaikan studinya di Belanda, dan sebulan kemudian ia tiba di Jakarta. Antara akhir tahun 1932 hingga 1933, kesibukan utamanya adalah menulis berbagai artikel politik dan ekonomi untuk majalah Daulat Ra’jat, dan melakukan berbagai kegiatan politik, terutama pendidikan kader-kader politik pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia.

Menyusul pembuangan Soekarno ke Ende, pemerintah kolonial Belanda mengalihkan perhatiannya pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Para pemimpin partai tersebut ditahan dan kemudian dibuang ke Boven Digoel, termasuk Hatta. Sebelum dibuang ke Digoel, mereka dipenjara selama hampir setahun di penjara Glodok dan Cipinang, Jakarta. Di penjara Glodok, Hatta menulis buku berjudul “Krisis Ekonomi dan Kapitalisme”.

Selama dalam pembuangan, Hatta secara teratur menulis artikel-artikel untuk surat kabar Pemandangan. Honorariumnya cukup untuk biaya hidup di sana, dan untuk membantu kawan-kawannya. Rumahnya di Digoel dipenuhi buku-buku yang sengaja ia bawa dari Jakarta, sebanyak 16 peti.

Karena itulah, selama dalam pembuangan, Hatta memiliki bahan bacaan yang bertumpuk. Selama masa pembuangan itu pula ia menulis buku “Pengantar ke Jalan llmu dan Pengetahuan”, dan “Alam Pikiran Yunani” yang terdiri atas empat jilid.

Ketika Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dibentuk pada 1945, Hatta terpilih menjadi wakil ketua, mewakili Soekarno yang menjadi ketua. Pada 16 Agustus 1945, Hatta ikut menyusun teks proklamasi bersama Soekarno dan tokoh-tokoh yang lain. Pada 18 Agustus 1945, ketika Soekarno diangkat menjadi presiden Republik Indonesia, Hatta terpilih menjadi wakil presiden.

Sejak menjadi wakil presiden, Hatta aktif dalam berbagai upaya perundingan dengan Belanda, juga aktif mencari dukungan ke luar negeri. Selain itu, ia juga aktif memberikan ceramah di berbagai lembaga pendidikan tinggi, dan menulis berbagai artikel serta buku-buku ilmiah di bidang ekonomi dan koperasi.

Pada 12 Juli 1951, Bung Hatta menyampaikan pidato radio untuk menyambut Hari Koperasi di Indonesia. Tiga tahun setelah itu, pada 17 Juli 1953, Bung Hatta diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada Kongres Koperasi Indonesia di Bandung. Pikiran-pikiran Bung Hatta mengenai koperasi antara lain dituangkan dalam bukunya yang berjudul “Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun” (1971).

Setelah meletakkan jabatannya sebagai wakil presiden RI, Bung Hatta mendapatkan gelar kehormatan akademis dari berbagai perguruan tinggi, di antaranya dari Universitas Gadjah Mada di Yoyakarta, Universitas Padjadjaran di Bandung, Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang, dan Universitas Indonesia di Jakarta.

Pada 15 Agustus 1972, pada suatu upacara kenegaraan di Istana Negara, Presiden Soeharto menyampaikan anugerah negara berupa tanda kehormatan tertinggi “Bintang Republik Indonesia Kelas I” kepada Bung Hatta.

Bung Hatta meninggal dunia pada 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Dr. Tjipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun, dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Tokoh 594053444759907871

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item