Siapakah Kim Dae-jung?
https://www.belajarsampaimati.com/2008/04/siapakah-kim-dae-jung.html
Ilustrasi/britannica.com |
Kim memutuskan terjun ke politik setelah kudeta militer pada 16 Mei 1961 terhadap Perdana Menteri John M. Chang. Kudeta itu mengantarkan Panglima Divisi II Angkatan Darat, Mayjen Park Chung-hee, berkuasa.
Kim menjadi aktivis gerakan pro-demokrasi dan anti-militerisme, sehingga ia dianggap sebagai penghambat atau penghalang oleh pemerintah, karena potensinya dalam mengancam stabilitas kekuasaan yang sangat berkepentingan menjaga status quo. Ia pun dicap sebagai “musuh negara”.
Pada 1971, Kim mendapatkan teror akibat persaingan politik dengan Park Chung-hee. Teror itu berbuah kecelakaan mobil yang kemudian menjadikan Kim sedikit pincang.
Kejadian itu tidak menyurutkan langkahnya dalam mengecam pemerintahan militer. Akibatnya, pada 1973, saat berada di dalam kamar sebuah hotel di Tokyo, ia diculik oleh agen inteligen KCIA. Ia diculik, lalu diikat pada sebilah papan perahu motor, dan perahunya diapungkan ke lautan lepas.
Rencananya ia akan ditenggelamkan hidup-hidup, tetapi kemudian terselamatkan oleh sebuah helikopter yang kebetulan melintas di atasnya dan menolongnya.
Tiga tahun setelah itu, pada 1976, Kim ikut menandatangani deklarasi Perjuangan Mengembalikan Demokrasi Nasional. Aksi itu mengakibatkannya ditangkap dan dijatuhi hukuman mati dengan tuduhan menggalang aktivis anti-pemerintah. Namun kemudian ia dibebaskan setelah dua tahun meringkuk di penjara.
Tiga tahun kemudian, pada 1979, ketika Peristiwa Kwangju pecah dan mengakibatkan tewasnya sekitar 200 orang serta penangkapan sekitar 30.000 tersangka oleh militer pada 27 Mei 1980, Kim termasuk yang ditangkap. Ia dijatuhi hukuman mati pada 1979 dengan tuduhan hendak menjatuhkan pemerintahan militer.
Namun, akibat gencarnya tekanan politik mahasiswa pendukung pro-demokrasi dan protes masyarakat internasional, akhirnya hukuman Kim diringankan—dari hukuman mati menjadi seumur hidup. Setelah itu, pada 1982, ia dibebaskan melalui amnesti, dan diusir ke Amerika.
Di Amerika, Kim mendirikan The Korean Institute for Human Rights di Washington, dan kembali ke Korea Selatan pada 1985. Begitu mendarat di Seoul, ia dihadang petugas dan langsung dikenai hukuman tahanan rumah hingga Februari 1986.
Pada tahun 1971, Kim mengikuti pemilu presiden, namun gagal. Ia kembali gagal dalam pemilu presiden tahun 1987, dan 1992, namun akhirnya menang pada pemilu presiden Desember 1997 saat mengalahkan Lee Hoi-chang dari Partai Besar Nasional dan Rhee In-je dari Partai Rakyat Baru.
Awal tahun 1998, Kim dilantik sebagai presiden Korea Selatan, dan sejak saat itulah kekuasaan pemerintah militer berakhir di Korea Selatan. Atas prakarsanya mendamaikan negaranya dengan Korea Utara, ia pun menerima Nobel Perdamaian pada 13 Oktober 2000, bersama Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-il.
Hmm… ada yang mau menambahkan?